Salib Memisahkan“Perjanjian Lama” dengan “Perjanjian Baru”
Saat sebagian besar orang Kristen menyadari bahwa salib Yesus itu penting, banyak yang tidak menyadari kehebatan maknanya.
Salib adalah garis pemisah antara perjanjian lama dan perjanjian
baru. Saat Yesus berseru “sudah selesai”, yang lama telah berlalu dan
yang baru telah datang!
Sebuah perubahan besar
Perubahan yang terjadi sangatlah besar bahkan pada awalnya
murid-murid Yesus mengalami kesulitan untuk meninggalkan yang lama.
Simon Petrus dikoreksi beberapa kali, dua kali langsung oleh Yesus
(Kisah 10 dan11) dan oleh Paulus (Galatia 2), karena dia dirayu untuk
kembali kedalam perjanjian lama dalam hal apa yang telah diselesaikan
Yesus di kayu salib. Jika rasul yang berkhotbah di hari Pentakosta dan
yang melihat mukjizat saat bayangannya mengenai orang sakit perlu untuk
dikoreksi, tidak heran banyak orang saat ini gagal untuk memahami
seluruh karya penebusan Yesus. Bukannya zig-zag bolak-balik antara
perjanjian lama dan perjanjian baru, kita harus membiarkan kompas kita,
Roh Kudus, memusatkan arah kita dan mengingatkan kita akan semua yang
telah Yesus lakukan bagi kita dan bagi seluruh dunia.
Allah telah memberikan segalanya
Sebelum salib, orang melakukan kegiatan kerohanian agar mendapatkan sesuatu dari Allah, akan tetapi setelah salib, kita berdoa, menyembah dan percaya karena
apa yang telah disediakan Allah bagi kita. Hukum Taurat Musa sangat
jelas menyatakan bahwa manusia harus mentaati semua perintah “siang dan
malam” agar dapat menerima berkat Tuhan (tentu saja tidak seorangpun
yang berhasil melakukannya). Dalam perjanjian baru kita menerima berkat
karena apa yang telah dilakukan Yesus; ketaatan dan pengorbanan-Nya
telah diperhitungkan bagi kita.
Yabes berdoa agar Allah memberkatinya. Itu merupakan doa yang baik
bagi Yabes, karena dia hidup di bawah perjanjian lama, tetapi doa itu
tidak cocok bagi kita. Kita berdoa karena Allah telah memberkati kita di
dalam Kristus: “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus
Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat
rohani di dalam sorga.” (Efesus 1:3)
Perhatikan bahwa Allah “telah memberkati” kita; ini bukan tentang “akan memberkati kita.”
Perhatikan bahwa Allah “telah memberkati” kita; ini bukan tentang “akan memberkati kita.”
Allah telah “digerakkan”
Hidup kita yang baru di dalam Kristus seluruhnya tergantung dan
tercakup pada karya yang telah diselesaikan Yesus. Bukan “Anda bergerak
baru kemudian Allah bergerak,” seperti yang sering saya dengar dari para
pengkhotbah. Pesan kita adalah bahwa Allah telah dipuaskan oleh
pengorbanan Yesus. Allah telah “digerakkan.” Dia tidak meresponi kita
karena usaha kita – Allah telah meresponi dengan menyediakan segala yang
kita perlukan di dalam Yesus Kristus. Tugas kita sederhana yaitu
percaya akan apa yang telah dilakukan Yesus. Iman kita tidak
menggerakkan Allah; kalau memang bisa, itu berarti Allah berada di
tempat yang salah. Tidak, iman adalah bersandar pada apa yang telah
dilakukan Yesus. Iman tidak mengharapkan apa yang akan dilakukan Allah
suatu hari nanti (itu adalah pemikiran perjanjian lama), tetapi iman
yang sesungguhnya memandang pada apa yang telah dilakukan Yesus di atas
kayu salib. Itu cukup.
Temukanlah apa yang telah Anda miliki
Sebelum salib, kita memiliki lambang-lambang, bayangan dan
ritual-ritual. Setelah salib kita memiliki kenyataannya. Sebelum salib,
orang percaya mengharapkan karya Kristus; sekarang kita melihat
kebelakang apa yang telah Dia lakukan. Ini adalah inti dari kehidupan
Kristen. Saat awal kita diselamatkan, kita tidak mengetahui semua yang
telah disediakan Kristus bagi kita. Meskipun demikian pada saat
“kelahiran baru” itu kita menerima segala yang kita butuhkan. Kita tidak
perlu mencari “lebih banyak” dari Tuhan, karena kita telah memilikinya.
Sebaliknya, pencarian kita adalah untuk menemukan apa yang telah kita
miliki. Sama seperti Adam harus membuka matanya dan menemukan semua yang
telah disediakan Allah di Taman Eden, demikian juga Roh Kudus membuka
mata kita untuk menemukan warisan kita. Rasul Paulus tidak pernah
menyatakan bahwa orang percaya kekurangan sesuatu, tetapi mereka perlu
untuk mengetahui apa yang mereka miliki. Dalam doanya bagi Filemon, dia
menulis: “agar persekutuanmu di dalam iman turut mengerjakan pengetahuan akan yang baik di antara kita untuk Kristus.” (Filemon 6)
Jika kita meminta banyak orang Kristen untuk membuat dua daftar, yang
satu berisi seluruh kekurangan, kegagalan dan permasalahan mereka, dan
yang satunya lagi berisi apa yang mereka miliki, saya takut daftar yang
pertama akan menjadi daftar yang terpanjang. Iman kita tidak menjadi
efektif dengan menunjuk pada hal-hal yang tidak kita miliki, tetapi
menunjuk pada yang kita miliki. Saat Paulus berkata pada orang percaya
di Efesus, dia menulis: “dan meminta kepada Allah Tuhan kita
Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu
Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar. Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang,
agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam
panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi
orang-orang kudus, dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya,
sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya.” (Efesus 1:17-19)
Perhatikan, Paulus tidak berdoa agar Allah memberikan sesuatu pada
jemaat Efesus – dia beroda agar mata mereka terbuka sehingga melihat apa
yang mereka miliki.
Saringlah Perjanjian Lama melalui salib Yesus
Salib
merubah pandangan kita terhadap ayat-ayat Perjanjian Lama, karena
sekarang kita mengerti bahwa kitab-kitab Musa, Mazmur dan kitab para
Nabi adalah kesaksian tentang Yesus. (Lukas 24:27, 44-45). Tanpa
pewahyuan tentang “Kristus” ini”, kitab Perjanjian Lama adalah kitab
yang “terselubung”, dibaca tanpa ada pengertian. “Tetapi
pikiran mereka telah menjadi tumpul, sebab sampai pada hari ini selubung
itu masih tetap menyelubungi mereka, jika mereka membaca perjanjian
lama itu tanpa disingkapkan, karena hanya Kristus saja yang dapat
menyingkapkannya.” (2 Korintus 3:14)
Meskipun
Paulus menujukannya pada para ahli Taurat, kebenaran yang sama juga
berlaku saat ini. Banyak orang membaca Perjanjian Lama tanpa pewahyuan
tentang karya yang telah diselesaikan Kristus di atas kayu salib,
sementara satu-satunya pengertian yang benar dari ayat-ayat tersebut hanya didapatkan dengan menyaring Perjanjian Lama melalui salib Yesus.
Saat kita melihat Yesus, kita mengenali bahwa Dialah porsi ganda kita,
pengurapan kita, pesyafaat kita, iman kita dan segalanya bagi kita. Kita
tidak berjalan di dalam jejak Elia atau nabi-nabi yang lain; kita
mengikuti Yesus Kristus. Saat ini bukanlah “zaman Elia” atau “zaman
Yehezkiel” tetapi zaman Yesus Kristus dan orang-orang yang percaya
kepada-Nya. Musa dan Elia mewakili Hukum Taurat dan para Nabi, lenyap
dari Gunung Transfigurasi, dan hanya Yesus yang tetap tinggal. Gambaran
yang indah tentang bagaimana pemerintahan Perjanjian Lama yang terdiri
dari Hukum Taurat dan para Nabi telah berlalu, digantikan oleh Yesus
Kristus, yang di dalam-Nya tinggal seluruh kepenuhan Allah.
Hukum Taurat telah digenapi
Mereka yang menentang hal ini memiliki masalah yang serius. Menurut
Yesus kita menanggung setiap “iota dan titik dari hukum Taurat,” sampai
“semuanya digenapi.” Puji Tuhan bahwa semuanya telah digenapi! Kalau
tidak kita semua harus bertanggung jawab sesuai dengan peraturan Musa.
Sebaliknya kita sekarang berada di dalam perjanjian baru karena “Sebab Kristus adalah kegenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh.” (Roma 10:4)
Sebelum salib, ketaatan kita yang diperhitungkan; sekarang ketaatan
Kristus yang diperhitungkan. Sebelumnya adalah kepatuhan ritual agama;
sekarang adalah transformasi hati oleh kuasa salib.
Tidak ada ungkapan yang dapat digunakan untuk menunjukkan seluruh kedalaman salib Yesus. Bahkan saat kita melihat sekilas saja dari artinya, kita menemukan bahwa hal itu selamanya memisahkan kita dari hukum Taurat. Salib adalah tempat pembayaran dari dosa-dosa dunia. Sekarang kita mendekati Allah hanya karena apa yang telah dilakukan Yesus. Seketika itu seluruh Perjanjian Baru menjadi masuk akal. Tulisan Rasul Paulus menjadi hidup. Kita tidak lagi melihat diri kita sebagai “tidak memiliki,” tetapi kita memiliki segalanya di dalam Kristus.
Tidak ada ungkapan yang dapat digunakan untuk menunjukkan seluruh kedalaman salib Yesus. Bahkan saat kita melihat sekilas saja dari artinya, kita menemukan bahwa hal itu selamanya memisahkan kita dari hukum Taurat. Salib adalah tempat pembayaran dari dosa-dosa dunia. Sekarang kita mendekati Allah hanya karena apa yang telah dilakukan Yesus. Seketika itu seluruh Perjanjian Baru menjadi masuk akal. Tulisan Rasul Paulus menjadi hidup. Kita tidak lagi melihat diri kita sebagai “tidak memiliki,” tetapi kita memiliki segalanya di dalam Kristus.
Sebuah perjalanan untuk menemukan
Saya mendorong Anda untuk melakukan perjalanan untuk menemukan.
Bacalah Perjanjian Baru seperti Anda baru pertama kali Anda membacanya,
dan percayalah bahwa “segala sesuatu” untuk semua area kehidupan kita
adalah milik kita melalui pengenalan tentang apa yang telah dilakukan
Yesus. (2 Petrus 1:1-4)
Catatan:
Tulisan yang ditulis oleh Peter Youngren ini diambil dari websitenya, Global Grace News.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar