Kamis, 05 November 2015

SALIB MEMISAHKAN.....

Salib Memisahkan“Perjanjian Lama” dengan “Perjanjian Baru”

Saat sebagian besar orang Kristen menyadari bahwa salib Yesus itu penting, banyak yang tidak menyadari kehebatan maknanya.
Salib adalah garis pemisah antara perjanjian lama dan perjanjian baru. Saat Yesus berseru “sudah selesai”, yang lama telah berlalu dan yang baru telah datang!

NAIL-TO-THE-CROSS 

Sebuah perubahan besar

Perubahan yang terjadi sangatlah besar bahkan pada awalnya murid-murid Yesus mengalami kesulitan untuk meninggalkan yang lama. Simon Petrus dikoreksi beberapa kali, dua kali langsung oleh Yesus (Kisah 10 dan11) dan oleh Paulus (Galatia 2), karena dia dirayu untuk kembali kedalam perjanjian lama dalam hal apa yang telah diselesaikan Yesus di kayu salib. Jika rasul yang berkhotbah di hari Pentakosta dan yang melihat mukjizat saat bayangannya mengenai orang sakit perlu untuk dikoreksi, tidak heran banyak orang saat ini gagal untuk memahami seluruh karya penebusan Yesus. Bukannya zig-zag bolak-balik antara perjanjian lama dan perjanjian baru, kita harus membiarkan kompas kita, Roh Kudus, memusatkan arah kita dan mengingatkan kita akan semua yang telah Yesus lakukan bagi kita dan bagi seluruh dunia.

Allah telah memberikan segalanya

Sebelum salib, orang melakukan kegiatan kerohanian agar mendapatkan sesuatu dari Allah, akan tetapi setelah salib, kita berdoa, menyembah dan percaya karena apa yang telah disediakan Allah bagi kita. Hukum Taurat Musa sangat jelas menyatakan bahwa manusia harus mentaati semua perintah “siang dan malam” agar dapat menerima berkat Tuhan (tentu saja tidak seorangpun yang berhasil melakukannya). Dalam perjanjian baru kita menerima berkat karena apa yang telah dilakukan Yesus; ketaatan dan pengorbanan-Nya telah diperhitungkan bagi kita.
Yabes berdoa agar Allah memberkatinya. Itu merupakan doa yang baik bagi Yabes, karena dia hidup di bawah perjanjian lama, tetapi doa itu tidak cocok bagi kita. Kita berdoa karena Allah telah memberkati kita di dalam Kristus: “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga.” (Efesus 1:3)
Perhatikan bahwa Allah “telah memberkati” kita; ini bukan tentang “akan memberkati kita.”

Allah telah “digerakkan”

Hidup kita yang baru di dalam Kristus seluruhnya tergantung dan tercakup pada karya yang telah diselesaikan Yesus. Bukan “Anda bergerak baru kemudian Allah bergerak,” seperti yang sering saya dengar dari para pengkhotbah. Pesan kita adalah bahwa Allah telah dipuaskan oleh pengorbanan Yesus. Allah telah “digerakkan.” Dia tidak meresponi kita karena usaha kita – Allah telah meresponi dengan menyediakan segala yang kita perlukan di dalam Yesus Kristus. Tugas kita sederhana yaitu percaya akan apa yang telah dilakukan Yesus. Iman kita tidak menggerakkan Allah; kalau memang bisa, itu berarti Allah berada di tempat yang salah. Tidak, iman adalah bersandar pada apa yang telah dilakukan Yesus. Iman tidak mengharapkan apa yang akan dilakukan Allah suatu hari nanti (itu adalah pemikiran perjanjian lama), tetapi iman yang sesungguhnya memandang pada apa yang telah dilakukan Yesus di atas kayu salib. Itu cukup.

Temukanlah apa yang telah Anda miliki

Sebelum salib, kita memiliki lambang-lambang, bayangan dan ritual-ritual. Setelah salib kita memiliki kenyataannya. Sebelum salib, orang percaya mengharapkan karya Kristus; sekarang kita melihat kebelakang apa yang telah Dia lakukan. Ini adalah inti dari kehidupan Kristen. Saat awal kita diselamatkan, kita tidak mengetahui semua yang telah disediakan Kristus bagi kita. Meskipun demikian pada saat “kelahiran baru” itu kita menerima segala yang kita butuhkan. Kita tidak perlu mencari “lebih banyak” dari Tuhan, karena kita telah memilikinya. Sebaliknya, pencarian kita adalah untuk menemukan apa yang telah kita miliki. Sama seperti Adam harus membuka matanya dan menemukan semua yang telah disediakan Allah di Taman Eden, demikian juga Roh Kudus membuka mata kita untuk menemukan warisan kita. Rasul Paulus tidak pernah menyatakan bahwa orang percaya kekurangan sesuatu, tetapi mereka perlu untuk mengetahui apa yang mereka miliki. Dalam doanya bagi Filemon, dia menulis: “agar persekutuanmu di dalam iman turut mengerjakan pengetahuan akan yang baik di antara kita untuk Kristus.” (Filemon 6)
Jika kita meminta banyak orang Kristen untuk membuat dua daftar, yang satu berisi seluruh kekurangan, kegagalan dan permasalahan mereka, dan yang satunya lagi berisi apa yang mereka miliki, saya takut daftar yang pertama akan menjadi daftar yang terpanjang. Iman kita tidak menjadi efektif dengan menunjuk pada hal-hal yang tidak kita miliki, tetapi menunjuk pada yang kita miliki. Saat Paulus berkata pada orang percaya di Efesus, dia menulis: “dan meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar. Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus, dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya.” (Efesus 1:17-19)
Perhatikan, Paulus tidak berdoa agar Allah memberikan sesuatu pada jemaat Efesus – dia beroda agar mata mereka terbuka sehingga melihat apa yang mereka miliki.

Saringlah Perjanjian Lama melalui salib Yesus

finished_cross_lens 
Salib merubah pandangan kita terhadap ayat-ayat Perjanjian Lama, karena sekarang kita mengerti bahwa kitab-kitab Musa, Mazmur dan kitab para Nabi adalah kesaksian tentang Yesus. (Lukas 24:27, 44-45). Tanpa pewahyuan tentang “Kristus” ini”, kitab Perjanjian Lama adalah kitab yang “terselubung”, dibaca tanpa ada pengertian. “Tetapi pikiran mereka telah menjadi tumpul, sebab sampai pada hari ini selubung itu masih tetap menyelubungi mereka, jika mereka membaca perjanjian lama itu tanpa disingkapkan, karena hanya Kristus saja yang dapat menyingkapkannya.” (2 Korintus 3:14) 
Meskipun Paulus menujukannya pada para ahli Taurat, kebenaran yang sama juga berlaku saat ini. Banyak orang membaca Perjanjian Lama tanpa pewahyuan tentang karya yang telah diselesaikan Kristus di atas kayu salib, sementara satu-satunya pengertian yang benar dari ayat-ayat tersebut hanya didapatkan dengan menyaring Perjanjian Lama melalui salib Yesus. Saat kita melihat Yesus, kita mengenali bahwa Dialah porsi ganda kita, pengurapan kita, pesyafaat kita, iman kita dan segalanya bagi kita. Kita tidak berjalan di dalam jejak Elia atau nabi-nabi yang lain; kita mengikuti Yesus Kristus. Saat ini bukanlah “zaman Elia” atau “zaman Yehezkiel” tetapi zaman Yesus Kristus dan orang-orang yang percaya kepada-Nya. Musa dan Elia mewakili Hukum Taurat dan para Nabi, lenyap dari Gunung Transfigurasi, dan hanya Yesus yang tetap tinggal. Gambaran yang indah tentang bagaimana pemerintahan Perjanjian Lama yang terdiri dari Hukum Taurat dan para Nabi telah berlalu, digantikan oleh Yesus Kristus, yang di dalam-Nya tinggal seluruh kepenuhan Allah.

Hukum Taurat telah digenapi

Mereka yang menentang hal ini memiliki masalah yang serius. Menurut Yesus kita menanggung setiap “iota dan titik dari hukum Taurat,” sampai “semuanya digenapi.” Puji Tuhan bahwa semuanya telah digenapi! Kalau tidak kita semua harus bertanggung jawab sesuai dengan peraturan Musa. Sebaliknya kita sekarang berada di dalam perjanjian baru karena “Sebab Kristus adalah kegenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh.” (Roma 10:4)
Sebelum salib, ketaatan kita yang diperhitungkan; sekarang ketaatan Kristus yang diperhitungkan. Sebelumnya adalah kepatuhan ritual agama; sekarang adalah transformasi hati oleh kuasa salib.
Tidak ada ungkapan yang dapat digunakan untuk menunjukkan seluruh kedalaman salib Yesus. Bahkan saat kita melihat sekilas saja dari artinya, kita menemukan bahwa hal itu selamanya memisahkan kita dari hukum Taurat. Salib adalah tempat pembayaran dari dosa-dosa dunia. Sekarang kita mendekati Allah hanya karena apa yang telah dilakukan Yesus. Seketika itu seluruh Perjanjian Baru menjadi masuk akal. Tulisan Rasul Paulus menjadi hidup. Kita tidak lagi melihat diri kita sebagai “tidak memiliki,” tetapi kita memiliki segalanya di dalam Kristus.

Sebuah perjalanan untuk menemukan

Saya mendorong Anda untuk melakukan perjalanan untuk menemukan. Bacalah Perjanjian Baru seperti Anda baru pertama kali Anda membacanya, dan percayalah bahwa “segala sesuatu” untuk semua area kehidupan kita adalah milik kita melalui pengenalan tentang apa yang telah dilakukan Yesus. (2 Petrus 1:1-4)

Catatan: 
Tulisan yang ditulis oleh Peter Youngren ini diambil dari websitenya, Global Grace News.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar