Kasih Karunia Bagi Semua

Seluruh dunia, sebagian besar tanpa sadar, sangat mengharapkan kasih
karunia. Sebuah gambaran umum mengenai Tuhan atau dewa-dewa adalah
bagaikan suatu sosok ilahi yang sangat mahakuasa, tidak dapat didekati,
acuh tak acuh terhadap penderitaan manusia dan terus menerus harus
dibuat senang. Tuhan tersebut biasanya ada dalam alam yang berbeda,
terpisah dengan kita, sibuk dengan dirinya sendiri dan sedikit memiliki
ketertarikan dalam urusan manusia, kecuali ada sesuatu yang bisa
diperoleh bagi sang ilahi itu sendiri.
Menyenangkan Tuhan
Selain menyenangkan orang-orang di sekitar kita, banyak orang merasa
wajib untuk menyenangkan yang Mahakuasa. Konsep tentang Tuhan yang tidak
puas melekat pada agama. Bahkan, tanpa hal tersebut sulit untuk kita
melihat agama seperti yang kita kenal bisa terus bertahan. Kisah Injil
sama sekali berbeda dari semua tuhan yang ada dalam bayangan pikiran
manusia. Allah kasih karunia bukanlah pengambil, melainkan pemberi;
tidak ada keegoisan di dalam Dia. Konsep tentang Allah yang tidak
tersentuh merupakan kebalikan dari Injil. Allah, yang begitu penuh kasih
sehingga Ia telah mengaruniakan Kristus, sangat ingin memberkati kita
dengan kehidupan yang melimpah; tidak ingin ada pemisahan antara manusia
dan Allah. Di hadapan Injil, mengapa masih ada begitu banyak orang
terikat dengan mencoba menyenangkan sosok Allah yang dianggap sebagai
sosok yang selalu tidak puas?
Di hadapan Injil, mengapa masih ada begitu banyak orang terikat dengan mencoba menyenangkan sosok Allah yang dianggap sebagai sosok yang selalu tidak puas?
Jawabannya selalu berkaitan dengan berbagai kelemahan manusia,
berbagai area dimana kita merasa diri kita tidak dapat memenuhi harapan
yang telah ditentukan sebelumnya. Seorang Muslim yang taat akan merasa
bersalah ketika di tengah bulan Ramadhan, bulan puasa, rasa lapar
menguasai dirinya dan akhirnya ia makan sebelum waktu buka puasa tiba.
Allah tidak senang dengan hal itu.
Orang Budha merasa bersalah karena tidak melakukan meditasi atau
tidak berada di tempat saat para biksu datang untuk memberikan
kesempatan berdana secara rutin. Orang Hindu kuatir dewa-dewa akan marah
bila kuil ibadah dan doa-doa yang telah ditentukan diabaikan. Akankah
dia mendatangkan murka para dewa?
Orang Kristen dihantui oleh kegagalan, bertanya-tanya apakah Tuhan
tidak menjawab doanya karena masih ada dosa yang disembunyikan. Oh, dia
mencoba untuk bertobat dan bahkan didoakan oleh pendeta terkenal. Namun,
godaan itu masih ada. Kalau begitu Allah tidak dapat disenangkan.
Ada berbagai cara untuk mencari kelegaan – pretensi terhadap hal itu.
Bersikap seakan segalanya baik-baik saja. Jika orang lain berpikir
bahwa kita baik, maka hal itu membuat kita baik, jika sekitar kita tidak
setuju, kita juga merasa bersalah. Pandai dalam memasang muka baik, dan
berkata-kata dengan istilah Kristen – Puji Tuhan, Haleluya, atau
segalanya baik-baik saja. Ada juga cara melegakan diri dari kesalahan
melalui aktifitas keagamaan yang dilakukan terus menerus untuk
memperbaiki kesalahan – mengaku dosa setiap hari, bahkan mungkin
beberapa kali dalam sehari. Terus-menerus menyelidiki hati kalau-kalau
ada pelanggaran yang tersembunyi, kemudian mencoba mencari akarnya, lalu
berjanji untuk tidak pernah menyentuhnya kembali.
Segala sesuatu yang telah saya gambarkan sejauh ini dapat ditaruh di bawah judul – HUKUM TAURAT.
Tiga puluh enam setengah kitab dalam Perjanjian Lama ditulis dalam
periode waktu hukum Taurat, kecuali Ayub, Kejadian dan setengah dari
kitab Keluaran. Mengapa Alkitab memberikan perhatian yang begitu besar
terhadap hukum Taurat dan legalisme? Mungkinkah karena semua orang
tergoda untuk mengandalkan usahanya sendiri dengan agama yang didasarkan
pada peraturan daripada mengandalkan kasih karunia? Agama yang
berdasarkan pada peraturan tidak hanya dimiliki orang Yahudi; hal itu
adalah inti dari setiap agama.
Model Bisnis dari Agama
Kenyataannya, model bisnis dari agama terletak pada dua konsep berikut ini: Tuhan yang tidak senang dan kesadaran akan kesalahan.
Kenyataannya, model bisnis dari agama terletak pada dua konsep
berikut ini: Tuhan yang tidak senang dan kesadaran akan kesalahan.
Setiap rabi, pastor, mulah, pendeta atau biksu yang dihormati harus tahu
bagaimana caranya menegakkan gagasan tentang ketidakpuasan ilahi dan
meningkatkan kesedihan yang mendalam dari hati nurani yang bersalah.
Itulah caranya agar orang tetap terikat dalam agama. Tentu saja, Yesus
telah menghancurkan model bisnis agama tersebut. Dengan satu
pengorbanan, sekali untuk selamanya, Dia menyingkirkan segala
ketidaksenangan Allah, membuang semua dosa melalui pengorbanan diri-Nya.
Agama secara harfiah berarti “mengikat” dan hal itu mengikat Anda
dalam sistem kepura-puraan serta penghukuman terhadap diri Anda dan
dunia di sekitar Anda. Bagi mereka yang lemah dalam emosinya, hal ini
membawa kepada suatu kehidupan yang membenci diri sendiri serta merasa
dirinya tidak pernah cukup baik. Pemikiran yang terus mengganggu pikiran
adalah: “Kalau saja aku bisa …,” “Seharusnya aku …;” “Aku harus
berusaha lebih keras untuk …” Sementara, bagi mereka yang memiliki jiwa
yang lebih kuat, saat menyadari adanya inkonsistensi dan kegagalan yang
dialami, mereka masih melihat diri mereka lebih kuat dari orang
lain. Tidak peduli kegagalan apa yang mereka lihat dalam jiwa mereka
sendiri, mereka merasa berani karena berpikir bahwa mereka tidak
seberdosa yang lain. Logikanya mungkin seperti ini: “Aku memang tidak
seperti yang seharusnya, tetapi syukurlah aku tidak seperti …” atau “Tak
ada yang berusaha sekeras aku; tidak seorang pun berkomitmen seperti
aku.”
Cepat atau lambat, agama membawa orang untuk mulai menyalahkan Tuhan
Cepat atau lambat, agama membawa orang untuk mulai menyalahkan Tuhan:
“Aku tidak dapat mengerti mengapa Tuhan tidak menjawab doa-doaku. Aku
sudah melakukan semua yang aku ketahui: bertobat, berpuasa, pergi ke
gereja. Aku tidak mengerti mengapa ini terjadi.”
Tujuan hukum Taurat adalah untuk membuat kita haus akan sesuatu yang
lebih baik. Hanya ketika kita sampai pada akhir kemampuan kita sendiri,
lelah, frustrasi serta kehabisan tenaga karena segala kekurangan kita,
saat itulah tiba-tiba kita siap untuk menerima kasih karunia.
Inilah undangan bagi dunia: Semua orang yang kehabisan tenaga karena
segala kekurangan yang ada pada mereka – baik orang Hindu, Islam, Budha
dan orang Kristen semuanya – ada jalan yang lebih baik. Tuhan, Sang
Pencipta, telah memberikan anugerah bagi Anda yang sebenarnya tidak
layak dan tidak pantas untuk diterima dan tidak bisa Anda usahakan. Ini
benar – Anda mendapatkan sesuatu dari Tuhan dengan cuma-cuma; sepenuhnya
gratis. Mengapa? Karena Yesus yang telah membayarnya. Tidak diperlukan
pembayaran lagi.
Siapa memberikan kepada siapa?
Keselamatan bukanlah kita memberikan hidup kita kepada Kristus.
Mereka, yang menerima pemberian kasih karunia ini, memperhatikan
sebuah perubahan dramatis yang disebut keselamatan. Keselamatan bukanlah
kita memberikan hidup kita kepada Kristus. Tidak, tapi lebih besar dari
itu – Kristus lah yang memberikan hidup-Nya bagi kita. Sangat
luar biasa, kita bahkan menjadikan keselamatan menjadi sesuatu yang
legalistik: “Aku sudah menaikkan doa orang berdosa,” “Aku telah
memberikan hidupku pada Kristus,” dll. Tuhan tidak menginginkan hidup
Anda, dan apa yang dapat dipergunakan-Nya dari hidup Anda? Tidak, yang
merupakan mukjizat adalah kehidupan Kristus masuk ke dalam Anda, dan
sekarang Dia hidup di dalam Anda. Kekudusan, kebenaran dan kehidupan
baru Anda sepenuhnya tergantung pada Kristus yang hidup melalui Anda.
Perhatikanlah ayat-ayat berikut ini:
“Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang
oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan
menguduskan dan menebus kita” (1 Kor 1:30).
Kekudusan, kebenaran dan kehidupan baru Anda sepenuhnya tergantung pada Kristus yang hidup melalui Anda.
“Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah” (Kol 3:3).
“namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang
hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang
kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak
Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku” (Gal 2:20).
Kristus hidup di dalam Anda
Sekarang Kristus adalah kehidupan kita. Ya, kita memang masih berada
dalam tubuh daging kita, tetapi tersembunyi di dalam Dia, dikasihi oleh
Dia dan diberi kekuatan oleh iman-Nya di dalam kita.
Bagaimana hal ini bisa terjadi?
Oleh kasih karunia.
Oleh kasih karunia.
Tidak layak:
Sederhananya, Anda tidak layak menerima kebaikan Tuhan, dan tidak pernah
bisa layak mendapatkannya. Satu-satunya cara untuk menerima itu adalah
sebagai pemberian kasih karunia dari Tuhan.
Tidak pantas: Tidak
ada dalam kita yang pantas atau mewajibkan agar Tuhan memberkati
kita. Apa yang tampak sepertinya kepantasan bagi kita – kerja keras,
niat baik, dedikasi kita – sama sekali tidak pantas.
Tidak diusahakan:
Anda pernah mendengar perkataan, “Tidak ada yang gratis” Memang
pernyataan itu banyak benarnya, kecuali bila berhubungan dengan Tuhan,
karena dengan Tuhan, segala sesuatu adalah cuma-cuma, karena pengorbanan
Yesus telah membayar semuanya.
Ini adalah firman pendamaian. Begitu Anda mempercayainya, Anda tidak
akan pernah menjadi sama lagi. Perhatikan bagaimana hal ini berpengaruh
pada Paulus:
“Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikit pun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah” (Kis 20:24).
“Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikit pun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah” (Kis 20:24).
Catatan:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar