Senin, 16 November 2015

BERKAT PERJANJIAN BARU

Berkat Top dalam Perjanjian Baru

10_blessed-in-christ
Di dalam Kristus kita dapat mengambil bagian dalam semua berkat yang Allah telah janjikan kepada Abraham (Gal 3:14,29). Kita juga memperoleh semua berkat yang dijanjikan di bawah perjanjian hukum Taurat dan tidak ada kutukan (Gal 3:13). Sangat menakjubkan ketika Anda berpikir tentang berkat-berkat Allah yang ditawarkan dalam Perjanjian Lama :
Untuk Abraham dan keturunannya Tuhan menjanjikan kebesaran, kesuburan, upah yang besar, saluran berkat bagi dunia, dan masih banyak lagi (lihat Kej 12:2-3, 15:1, 17:4-8, 22:18).
Bagi mereka yang menaati hukum Allah menjanjikan umur panjang, kesuburan, kemakmuran berlimpah, perlindungan, dan lebih banyak lagi (Ul. 5:33, 28:3-13).
Selain janji-janji indah , setidaknya ada 12 berkat mengagumkan Tuhan janjikan kepada umat-Nya yang secara eksklusif berada di bawah perjanjian baru kasih karunia-Nya. Inilah berkat-berkat itu tanpa urutan tertentu :
Allah mengampuni semua dosa-dosa kita (Matius 26:28 , Kisah Para Rasul 13:38). Dosa-dosa kita tidak hanya ditutup oleh darah lembu dan kambing , tapi dibayar lunas dan ditanggung oleh Anak Domba Allah (Yoh 1:29). Di kayu salib, keadilan dipenuhi. Pengampunan-Nya lengkap secara sempurna. 


Tuhan tidak mengingat dosa kita lagi (Ibr 8:12, 10:17; Yer 31:34). Berkenaan dengan pembenaran, kita seolah-olah tidak pernah melakukan dosa-dosa itu
.
Allah berjanji untuk tidak marah lagi terhadap kita (Yesaya 54:7-10). Berbeda dengan perjanjian hukum Taurat yang tidak berlaku lagi, perjanjian yang baru merupakan perjanjian cinta dan perdamaian yang kekal (Yes 54:10, 55:3). Allah tidak akan pernah berhenti berbuat baik kepada kita (Yer 32:40).
 
Allah membuat kita memenuhi syarat (Kol 1:12). Ini bukan lagi perkara mengenai apa yang kita lakukan (di bawah perjanjian hukum Taurat) atau dengan siapa kita memiliki koneksi (di bawah perjanjian Abraham). Ini adalah mengenai siapa yang kepada-Nya kita percaya.
 
Yesus memegang kita erat-erat dan tidak pernah kita membiarkan pergi (Flp 3:12, Yudas 24). Tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah (Rom 8:39). Akibatnya kita dapat berbicara tentang pengharapan kita sebagai sauh yang “kuat dan aman ” bagi jiwa (Ibr 6:19).
 
Allah mengakui / memberikan kepada kita kebenaran Yesus yang sempurna (2 Kor 5:21). Kebenaran itu tidak diperoleh melalui usaha, itu diterima (Rom 5:17). Karena pengorbanan Yesus, status kita di hadapan Allah adalah “sempurna selamanya” (Ibr 10:14).
 
Tuhan memberikan kita Roh Kudus untuk mengajar kita (Yoh 14:26), memberdayakan kita (Kisah Para Rasul 1:8) dan mengingatkan kita akan kebenaran kita (Yoh 16:10). Kita tidak lagi memerlukan imam untuk menjadi mediator bagi kita, karena sekarang kita semua bisa mengenal Tuhan (Yer 31:34). Kita adalah imam-imam kerajaan-Nya (1 Pet 2:9).
 
Allah di pihak kita (Rom 8:31)! Allah membenarkan kita dan tidak ada lagi penuduhan / penghukuman (Rom 8:1). Ketika kita berdosa, Yesus tidak menghakimi kita, Dia membela kita (1 Yoh 2:1). Kasih karunia-Nya memungkinkan kita untuk mengatasi dosa (Tit 2:12). Dia memasok semua kebutuhan kita secara berlimpah (Flp 4:19) bahwa kita bisa menikmati hidup sepenuhnya (Yoh 10:10). Anugerah Allah tidak diperoleh lewat usaha dan dalam ketidaklayakan.
 
Allah beserta kita (Ez 37:27)! Karena Yesus, pintu ke ruang tahta selalu terbuka (Ibr 4:16). Kita selalu dapat mendekati-Nya dalam kebebasan dan keyakinan (Ef 3:12).
 
Allah memberdayakan kita untuk mengatasi musuh (1 Yoh 5:4). Kita memiliki wewenang otoritas-Nya atas setan-setan dan penyakit (Mrk 16:17). Kita hidup di bawah perlindungan ilahi-Nya (Luk 10:19) . Kita ditakdirkan untuk ” hidup dan berkuasa ” (Rom 5:17).
 
Allah memberikan kepada kita perhentian-Nya (Ibr 4:10-11). Di bawah perjanjian lama semuanya adalah lakukan, lakukan, lakukan. Di bawah perjanjian baru semuanya sudah dilakukan, sudah dilakukan, sudah dilakukan (Yoh 19:30). Kita duduk bersama-sama dengan Kristus di sorga (Ef 2:6).
 
Tuhan memberikan kita hidup yang kekal (Rom 6:23).

 
Marriage Supper of the Lamb1Apa yang harus kita lakukan untuk mewarisi janji-janji ini? Percayalah kepada Yesus. Pertaruhkan hidup Anda kepada-Nya. Ambillah mahkota dari kepala Anda dan letakkanlah itu di depan kaki-Nya. Pilihlah untuk mempercayai apa yang Alkitab katakan tentang Dia, bahwa Dia telah mati bagi dosa-dosa dunia – termasuk Anda – dan telah bangkit dalam kemenangan dari antara orang mati. Biarkanlah orang lain tahu bahwa Dia adalah Penebus dan Raja Anda. Mintalah Dia untuk memenuhi Anda dengan Roh-Nya sehingga Anda bisa semakin mengenal Dia.
Jika Anda belum melakukan semua itu sebelumnya, bagaimana kalau Anda melakukannya sekarang?

Catatan :
Tulisan ini adalah terjemahan dari salah satu artikel yang ditulis oleh Paul Ellis di websitenya.

Kamis, 12 November 2015

KEKUDUSAN SEJATI

Orang percaya menginginkan hidup yang berbuah dan saleh, jadi mengapa kita gagal? Apa solusinya?

Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita. Karena itu seperti ada tertulis: “Barangsiapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan” (1 Kor 1:30-31)
heartfirerealistic 
Pengajaran bahwa kita adalah orang benar melalui Yesus Kristus tanpa usaha kita sendiri sering kali menimbulkan pertanyaan, “Bagaimana mungkin kita menjadi orang benar tanpa lebih dulu melakukan perbuatan yang benar?” Mari kita balik pertanyaannya, “Bagaimana bisa Yesus telah dijadikan dosa tanpa pernah melakukan perbuatan dosa?” Bukankah Alkitab mengatakan pada kita saat Yesus disalib, Dia dijadikan dosa. Bagaimana hal ini mungkin? Jawabannya adalah: itu merupakan karya Allah. Allah mengambil semua dosa dunia dan meletakkannya pada Yesus. Kita dijadikan orang benar dengan cara yang sama – itu merupakan karya Allah. Kita menjadi ciptaan baru di dalam Kristus tanpa melalui perbuatan kita sendiri.

Beberapa orang mungkin berpikir bahwa kami menghindari pertanyaan tentang dosa, tetapi itu bukan kasusnya. Sebaliknya, kami mengajarkan bagaimana datangnya kekudusan yang sejati itu.

Benar-benar Dikuduskan

Bagaimana kita mendapatkan kemenangan atas dosa? Bagaimana kita dikuduskan? Mari saya tunjukkan dari Firman Allah satu-satunya kuasa yang membebaskan kita dari dosa dan menguduskan kita – kasih karunia Allah. Beberapa pengkhotbah suka menggunakan dua ungkapan yang tidak disebutkan oleh Paulus: secara posisi dan secara pengalaman. Para pengajar itu mengatakan bahwa secara posisi kita dikuduskan di dalam Yesus; Dia telah menjadi hikmat, kebenaran, kekudusan dan penebusan kita. Tetapi pada saat yang sama mereka katakan bahwa secara pengalaman kita tidak dikuduskan.
Ingat, Paulus menuliskan hal ini kepada jemaat di Korintus dan kita tahu bahwa ada banyak dosa dan permasalahan di Korintus. Meskipun demikian, jemaat Korintus diberi tahu, sebagai suatu fakta yang lengkap, bahwa Yesus Kristus telah menjadi hikmat, kebenaran, kekudusan dan penebusan mereka. Dia tidak menggunakan kata-kata secara posisi dan secara pengalaman. Dia berbicara tentang Yesus, kekudusan kita, sebagai sebuah realita. Yesus telah benar-benar dan sungguh-sungguh menjadi kekudusan kita. Jika kekudusan datang melalui kasih karunia, tidak ada seorang pun yang bisa bermegah atas dirinya sendiri, tetapi barangsiapa yang bermegah, ”hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan.” Jika kita mengatakan bahwa kita dikuduskan hanya secara posisi saja, itu menjadi tidak memiliki arti – karena kita hidup dalam dunia pengalaman. Saya tidak tertarik kepada Yesus yang hanya sekedar ada dalam posisi teologia tetapi pada Yesus Kristus yang sekarang ada di dalam saya, dalam realita, itulah yang berarti.
Yesus telah benar-benar dan sungguh-sungguh menjadi kekudusan kita.

Mati terhadap Dosa

Kita membaca, ”Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus” (Rom 6:11). Perhatikan Paulus berkata “hendaknya kamu memandangnya (memperhitungkannya).” Ini bukanlah sekedar sudut pandang teologia, tetapi sesuatu yang lebih nyata. Kata memperhitungkan sesuatu di sini (reckon) berarti benar-benar berpegang atau bergantung padanya. Dengan kata lain, benar-benar bergantung pada fakta bahwa Anda telah mati bagi dosa. Paulus melanjutkan,Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup” (Rom 8:13). Jika kita mencoba untuk menjadi kudus melalui tenaga dan kekuatan kita, itu hanya akan membawa kita ke dalam maut. Tetapi jika kita mempraktekkan Perjanjian Baru, perjanjian oleh Roh, itu akan menghasilkan kehidupan. Huruf membunuh tetapi Roh memberi hidup. Kita hanya dapat menghidupi hidup yang baru di dalam Kristus jika kita mempersilahkan Roh Kudus untuk menjadi Penolong kita.
Jika kita mencoba untuk menjadi kudus melalui tenaga dan kekuatan kita, itu hanya akan membawa kita ke dalam maut.
Saat Anda menghadapi situasi yang membingungkan, jadilah tenang dan akuilah bahwa Yesus Kristus adalah hikmat Anda. Hal itu tidak membutuhkan waktu yang lama. Anda tidak perlu berdoa selama satu jam untuk “mendapatkan terobosan” atau untuk mendapatkan “pengurapan hikmat.”
Yesus Kristus adalah hikmat Anda pada saat itu juga. Anda akan kagum akan bagaimana hikmat-Nya menjadi nyata di dalam Anda. Anda akan menemukan bahwa dengan merujuk kepada-Nya, jawaban akan datang dengan sangat cepat, bahkan di dalam situasi yang sangat sulit sekalipun.
Saat Anda digoda untuk berbuat dosa, jadilah tenang dan akuilah bahwa Yesus Kristus adalah kebenaran Anda. Anda tidak perlu melawan. Saat Anda mengambil waktu sejenak untuk mengakui bahwa Dia adalah kebenaran Anda, Anda akan memperhatikan bagaimana hidup-Nya dinyatakan di dalam Anda.
Kemenangan tidak didapatkan dengan berkata “TIDAK” kepada dosa, tetapi dengan berkata “YA” kepada Yesus. Semakin kita berkata “tidak” kepada dosa, kita akan semakin sadar akan dosa. Semakin kita berkata “ya” kepada Yesus, kita semakin sadar akan Yesus, dan itulah saat dimana dosa kehilangan cengkramannya.
Saat Anda digoda untuk berbuat dosa, jadilah tenang dan akuilah bahwa Yesus Kristus adalah kebenaran Anda.
Kekudusan kita berada dalam Yesus Kristus dan pada apa yang telah Dia lakukan. Kekudusan itu tidak tergantung pada Anda – kekudusan itu tergantung pada Dia. Pandanglah karya yang telah diselesaikan-Nya.
Jika anda memiliki kepercayaan diri yang rendah dan merasa tidak berharga, jadilah tenang dan akuilah bahwa Yesus adalah penebusan Anda. Anda akan mengalami bagaimana hidup-Nya, kekuatan dan sukacitanya dinyatakan di dalam Anda.
Kemenangan tidak didapatkan dengan berkata “TIDAK” kepada dosa, tetapi dengan berkata “YA” kepada Yesus.

Metode-metode “buatan manusia”

Ada metode “buatan manusia” mengenai kekudusan, bahkan di dalam dunia karismatik. Salah satu pendeta berkata, “Kalau Anda memiliki kebiasaan dosa, Anda memiliki roh jahat dalam kehidupan Anda.” Ini bukan yang diajarkan oleh Perjanjian Baru. Kita bisa membaca tentang seseorang yang melakukan apa yang tidak ingin dia lakukan (Roma pasal 7), tetapi dalam pasal itu tidak satupun disebutkan tentang roh jahat. Akan tetapi orang tersebut sedang menggambarkan seseorang yang mencoba menggenapi perintah Allah dengan kekuatannya sendiri. Semakin dia berusaha untuk mentaati hukum Taurat dengan kekuatannya sendiri, yang terjadi malah semakin buruk. Satu-satunya solusi untuk manusia “celaka” tersebut adalah kasih karunia Allah yang melimpah. Semakin kita melihat Yesus Kristus dinyatakan di dalam kita, kemenangan itu semakin dinyatakan dalam hidup kita.
Persenjataan rohani dalam Efesus pasal 6 berhubungan dengan kasih karunia Allah. Ketopong berbicara tentang keselamatan – kita diselamatkan oleh kasih karunia. Baju zirah menunjuk pada keadilan – Yesus adalah keadilan kita. Ikat pinggang adalah kebenaran – Yesus berkata, “Akulah kebenaran.” Pedang berbicara tentang Roh – kita hidup di dalam perjanjian menurut Roh bukan menurut huruf. Kasut melambangkan Injil damai sejahtera – damai sejahtera yang telah dibeli oleh darah Yesus bagi kita.
Saya pernah melihat sebuah buku berjudul Christian – Set Yourself Free (Orang Kristen – Bebaskanlah Dirimu Sendiri). Pernahkah Anda mendengar sesuatu yang begitu konyol? Inikah perjanjian kita? Haruskah kita membebaskan diri kita sendiri? Banyak orang akan mencobanya, tetapi saat mereka mencoba untuk membuat diri mereka kudus dan merdeka, mereka tidak pernah benar-benar menjadi merdeka. Mereka akan merasakan kebebasan dalam satu periode waktu yang singkat, dan kemudian mereka akan mulai mencari kebebasan itu lagi.
Penggunaan frase “KATAKAN SAJA TIDAK” sangat terkenal. Pengajaran ini menekankan pada kekuatan kehendak kita sendiri untuk menjadikan diri kita kudus. Saat kehendak kita bertarung dengan dosa, kekuatan kehendak kita akan selalu kalah. Jika kekuatan kehendak kita sendiri bisa menghasilkan kekudusan, kematian dan kebangkitan Yesus itu sia-sia.

Bagian Kita

Banyak yang akan bertanya, “Apa yang harus kita lakukan? Pastinya kita harus melakukan sesuatu!” Ya, sangat penting bagi kita untuk mengerti bagian kita. Kita percaya dan menerima saja apa yang telah disiapkan Yesus bagi kita dan mengijinkan Dia untuk bekerja di dalam kita. Hal ini sangat radikal, karena itu saya akan memberikan beberapa ayat Alkitab untuk menguatkannya.
“Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita. Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya” (1 Tes 5:23-24).
Siapa yang menguduskan kamu sepenuhnya? – “Allah damai sejahtera.”
Siapa yang setia? – “Ia yang memanggil kamu.”
Kekudusan tidak berdasarkan pada usaha kita, tetapi merupakan karya Allah di dalam kita.
”Maka Allah damai sejahtera, yang oleh darah perjanjian yang kekal telah membawa kembali dari antara orang mati Gembala Agung segala domba, yaitu Yesus, Tuhan kita, kiranya memperlengkapi kamu dengan segala yang baik untuk melakukan kehendak-Nya, dan mengerjakan di dalam kita apa yang berkenan kepada-Nya, oleh Yesus Kristus. Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin.” (Ibr 13:20-21)
Siapa yang memperlengkapi kita dengan segala yang baik untuk melakukan kehendak-Nya? – “Allah damai sejahtera.”
Siapa yang membuat kita mengerjakan apa yang berkenan di hadapan Allah? – “Gembala Agung.”
Kekudusan tidak berdasarkan pada usaha kita, tetapi merupakan karya Allah di dalam kita.
Bagaimana Dia menguduskan kita? – “Oleh darah perjanjian yang kekal.”
Apa yang harus kita lakukan? – Memberikan “kemuliaan sampai selama-lamanya” kepada-Nya.
Jadi semuanya tergantung pada Yesus. Dialah kebenaran, penebusan, kekudusan dan hikmat kita.
flame-heart-cross-on-fire_110719
Jadi semuanya tergantung pada Yesus. Dialah kebenaran, penebusan, kekudusan dan hikmat kita.
Apa yang dilakukan Allah dalam Perjanjian Lama terkadang menakutkan. Apakah Anda ingat saat Allah bergemuruh di gunung Sinai? Mereka semua panik, termasuk Musa. Sinai merupakan demonstrasi dari kekudusan Allah dan hal itu membuat takut manusia. Kekudusan dan pengudusan yang dinyatakan melalui Yesus tidak menakutkan – melainkan menarik.
Saat Musa turun dari gunung Sinai, orang-orang lari karena ketakutan. Saat Yesus turun dari gunung transfigurasi, kita bisa membaca: Begitu orang-orang itu melihat Yesus, mereka tercengang, lalu berlari-lari menyambut Dia” (Mark 9:15 BIS)

Kemuliaan Perjanjian Lama menakutkan, tetapi kemuliaan Perjanjian Baru menarik.
Jangan kecil hati bila seseorang tidak berubah dalam semalam. Allah tidak mengirimkan Yesus untuk mengubah perilaku manusia, tetapi untuk memberikan hati yang baru bagi kita. Begitu hati berubah, perilaku juga akan berubah.
Paulus menulis, ”Dan Ia, Tuhan kita Yesus Kristus, dan Allah, Bapa kita, yang dalam kasih karunia-Nya telah mengasihi kita dan yang telah menganugerahkan penghiburan abadi dan pengharapan baik kepada kita, kiranya menghibur dan menguatkan hatimu dalam pekerjaan dan perkataan yang baik” (2 Tes 2:16-17).
Siapa yang menguatkan kita dalam segala pekerjaan baik? – “Tuhan Yesus Kristus sendiri.” Saat kita mencoba untuk menjadi kudus melalui usaha kita sendiri, hal itu akan membawa kepada kegelisahan dan kesukaran. Cara Allah memberikan hasil positif pada kita – “penghiburan abadi dan pengharapan baik” melalui “kasih karunia” Allah.

Berikanlah Kemuliaan kepada-Nya

Bagaimana kita menghindari nafsu dan perilaku tidak saleh? Paulus menulis, “Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni” (2Tim 2:22). Banyak orang hanya membaca enam kata pertama.” Jika kita berhenti disana, kita akan gagal. Kuncinya adalah berkata “YA” pada keadilan, kesetiaan, kasih dan damai.
Jika seorang bayi menangis, tidak akan membantu bila kita berkata, “berhenti menangis.” Melainkan, kita mencoba untuk mengalihkan perhatian bayi itu dengan menyanyi, atau menggoncangkan gantungan kunci. Tiba-tiba bayi itu lupa alasan mengapa sebelumnya ia menangis! Cara untuk menang atas dosa bukanlah dengan mencoba mengalahkan dosa dengan kekuatan kita sendiri, tetapi dengan mengejar keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan” (1 Tim 6:11). Kita akan berfokus pada keadilan, ibadah, iman dan kasih Yesus di dalam kita.
Kuncinya adalah berkata “YA” pada keadilan, kesetiaan, kasih dan damai.
”Dan Tuhan akan melepaskan aku dari setiap usaha yang jahat. Dia akan menyelamatkan aku, sehingga aku masuk ke dalam Kerajaan-Nya di sorga. Bagi-Nyalah kemuliaan selama-lamanya! Amin.” (2 Tim 4:18)
Siapa yang melepaskan aku dari setiap usaha yang jahat? – “Tuhan.” Siapa yang menyelamatkan aku? – “Tuhan.”
Tim Tebow 4God 
Apa yang kita lakukan? – “Kita memberikan kepada-Nya kemuliaan selama-lamanya.”
Siapa yang berkuasa menjaga supaya jangan kamu tersandung? Siapa yang berkuasa membawa kamu dengan tidak bernoda? –“Allah yang esa, Juruselamat kita.”
”Bagi Dia, yang berkuasa menjaga supaya jangan kamu tersandung dan yang membawa kamu dengan tak bernoda dan penuh kegembiraan di hadapan kemuliaan-Nya, Allah yang esa, Juruselamat kita oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, bagi Dia adalah kemuliaan, kebesaran, kekuatan dan kuasa sebelum segala abad dan sekarang dan sampai selama-lamanya. Amin” (Yudas ay. 24-25).

Apa bagian kita? – “Memberikan kepada-Nya kemuliaan, kebesaran, kekuatan dan kuasa sebelum segala abad dan sekarang dan sampai selama-lamanya.”
Kekudusan bukanlah apa yang dapat kita lakukan, tetapi apa yang dilakukan Yesus di dalam kita. Tugas kita hanyalah percaya dan mempercayakan diri kita kepada-Nya. Kita dapat hidup dalam kehidupan yang kudus, tetapi bukan dengan kekuatan kita sendiri. Kekudusan yang sejati adalah kehidupan Yesus di dalam kita.
Siapa yang berkuasa menjaga supaya jangan kamu tersandung? Siapa yang berkuasa membawa kamu dengan tidak bernoda? –“Allah yang esa, Juruselamat kita.”
KEHIDUPAN YESUS BERHASIL!
  
Catatan:
Tulisan ini adalah terjemahan artikel yang ditulis oleh Peter Youngren
Disadur dari https://christofgrace.wordpress.com.

KRISTUS adalah KEHIDUPAN

Kristus Sebagai Kehidupan

Yesus Kristus ADALAH Kehidupan dari orang percaya. Ini adalah suatu realita mulia dan yang saya sebut sebagai Perjalanan Kasih Karunia. Berikut ini adalah sebuah usaha untuk secara singkat merangkum arti dari hal tersebut.

12_old-vs-new-covenants
Perjanjian Lama Allah – Telah mati bersama Kristus – Telah dikuburkan bersama Kristus – Perjanjian Baru Allah – Roh Kristus

Tentu saja setiap orang Kristen tahu bahwa Injil adalah pengampunan dosa-dosa kita dan penyelamatan jiwa-jiwa kita melalui kasih karunia oleh iman dalam pengorbanan Yesus Kristus di atas kayu salib. Tetapi setelah datang kepada Kristus untuk keselamatan, banyak dari kita disuruh menjalani hidup kita UNTUK Allah dengan sebaik-baiknya.
Ini merupakan bahasa yang cukup biasa dalam gereja modern, tetapi konsep “menjalani hidup kita untuk Allah” sebenarnya merupakan hal yang cukup asing untuk Perjanjian Baru.

Telah Mati Bersama Kristus

Konsep “menjalani hidup kita untuk Allah” sebenarnya merupakan hal yang cukup asing untuk Perjanjian Baru.
Injil Perjanjian Baru sama sekali bukanlah suatu karunia pengampunan yang diikuti oleh suatu rencana perbaikan pribadi. Berbeda dengannya, itu adalah suatu rencana PENGGANTIAN pribadi – kematian dari satu kehidupan dan penggantiannya dengan Yang Lain.
Sebagian besar dari tubuh Kristus memiliki suatu pemahaman tentang darah Yesus yang melepaskan mereka dari dosa-dosa. Tetapi sangat sedikit yang memiliki pemahaman tentang salib Kristus yang juga melepaskan mereka dari diri mereka sendiri – sifat alami Adamik mereka.
Kita terbiasa mendengar tentang salib sebagai tempat dimana Kristus mati bagi pengampunan dosa-dosa. Hal itu indah dan benar! Tetapi lebih daripada itu! Jauh lebih banyak lagi!
Salib juga adalah bagaimana kita telah mati BERSAMA Kristus, sehingga kita dapat berjalan dalam kebaruan dari kehidupan kebangkitan-Nya.
Tanpa pemahaman tentang salib yang memisahkan kita dari kelahiran pertama, yaitu kehidupan daging kita, dan yang membawa kita ke dalam persatuan dengan hidup kebangkitan Yesus, kita dapat menghabiskan bertahun-tahun hidup kita BAGI Allah, bukannya menjadi bejana-bejana dari Hidup-Nya.
Kita dapat menghabiskan bertahun-tahun hidup kita BAGI Allah, bukannya menjadi bejana-bejana dari Hidup-Nya
Paulus berkata:
“namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.” (Gal 2:20) Ini bukanlah suatu PERJUANGAN untuk mengubah sifat alami yang lama; ini adalah suatu penyaliban sifat alami yang lama itu:
”Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya” (Rom 6:6) dan suatu pengisian bejana duniawi kita dengan sesuatu (Seseorang) yang sepenuhnya baru: “… supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah.” (Ef 3:19)
Gal 4:19: ”Hai anak-anakku, karena kamu aku menderita sakit bersalin lagi, sampai rupa Kristus menjadi nyata di dalam kamu.” Inilah mengapa kita disebut sebagai “ciptaan baru,” dan diperintahkan untuk mengenakan “manusia baru.”
2 Kor 5:17: ”Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang” . Ef 4:22: ”… menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan…dan mengenakan manusia baru…”

Injil bukanlah mengenai suatu IMITASI (peniruan) pekerjaan-pekerjaan Kristus; melainkan merupakan IMPARTASI kehidupan Kristus,
 
2 Pet 1:4: ”kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi,” sehingga Hidup-Nya dapat memiliki ekspresi sepenuhnya melalui tubuh-Nya (gereja).
2 Kor 4:11: ”Sebab kami, yang masih hidup ini, terus-menerus diserahkan kepada maut karena Yesus, supaya juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana ini.”
Ini bukanlah daging menjadi roh (hal itu mustahil!).
Yoh 6:63: ”Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna.”
Rom 7:18: ”Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik…”
Injil bukanlah mengenai suatu IMITASI (peniruan) pekerjaan-pekerjaan Kristus; melainkan merupakan IMPARTASI kehidupan Kristus

Kristus Melalui Kita

Tetapi dengan memahami karya yang telah selesai di kayu salib, kita bisa tahu (Rom 6:6) dan menghitungkan (Rom 6:11) kematian sifat alami Adamik kita, dan tinggal dalam (menjalani) Kehidupan Yesus.
Yoh 15:5: ”Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.”
Dan tinggal di dalam Kristus pada intinya sinonim dengan “berjalan di dalam roh;” yakni menjalani suatu kehidupan yang keluar dari kesatuan dengan Yesus Kristus; hidup di dalam (dan mengambil dari) kehidupan Yang Lain.
1 Kor 6:17: ”Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia.” Gal 5:25: ”Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh.”
Dan juga, Injil Perjanjian Baru sebenarnya sama sekali tidak memusatkan perhatian bahwa kita (daging kita) yang menghasilkan buah dari pekerjaan kita bagi Allah.
Yes 64:6: ”dan segala kesalehan kami seperti kain kotor.” Melainkan, kita dibawa ke dalam partisipasi/kesatuan dengan hidup Kristus sehingga Allah menghasilkan buah melalui kita ~ sama seperti ranting yang hanya merupakan saluran kehidupan bagi getah pokok anggur. Getah tersebut yang memberikan kehidupan baik pada ranting dan juga menghasilkan buah pada carang-carangnya.
Yoh 15:4: “Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.”
John15_5Tentu saja, kita tidak menjadi Yesus. Sebuah ranting tidak menjadi pokok anggur! Tetapi ranting itu dicangkokkan ke dalam partisipasi yang penuh sukacita dengan kehidupan dari pokok anggur, sehingga SANG KEHIDUPAN ITU dapat memiliki ekspresi di dalam dan melalui banyak ranting.
Kekristenan bukanlah tentang banyak orang yang meniru satu Kehidupan. Cukup kontras! Tetapi itu adalah tentang ekspresi atau manifestasi dari satu Kehidupan tersebut melalui banyak orang.
Selain itu, perhatian utama dari Paulus bukanlah mendisiplinkan daging kita agar kita dapat bertindak semakin seperti Kristus.
Kol 2:23: ”Peraturan-peraturan ini, walaupun nampaknya penuh hikmat dengan ibadah buatan sendiri, seperti merendahkan diri, menyiksa diri, tidak ada gunanya selain untuk memuaskan hidup duniawi.”
Akan tetapi, seperti ibu yang sedang bersalin dia bekerja dalam doa sampai kehidupan Kristus sendiri terbentuk di dalam tubuh. Gal 4:19: ”Hai anak-anakku, karena kamu aku menderita sakit bersalin lagi, sampai rupa Kristus menjadi nyata di dalam kamu.”
Tujuan dari setiap orang adalah menyatakan ekspresi dari kehidupan yang tinggal di dalamnya. Allah menyebut kita sebagai “tubuh Kristus,” dan karena itu tujuan abadi kita adalah menjadi suatu ekspresi dari kehidupan-Nya.
Pemahaman Kristus sebagai KEHIDUPAN orang percaya adalah kabar baik bahwa salib telah menghasilkan suatu pertukaran hidup, dimana kita dapat mengambil bagian, dan sekaligus memanifestasikan, kehidupan Yesus Kristus yang mulia,
DAN ITULAH RINGKASAN DARI PERJALANAN KASIH KARUNIA!

Catatan:
Tulisan ini adalah terjemahan artikel yang ditulis oleh Steve McVey.

Kamis, 05 November 2015

Saved By Grace..What Next?

Telah Diselamatkan oleh Kasih Karunia, Tapi Selanjutnya Apa?

Ketika kita berbicara tentang kasih karunia, kebanyakan orang akan mengatakan mereka tahu kasih karunia dan bahwa mereka telah diselamatkan oleh kasih karunia melalui iman:
Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. (Ef 2:8-9)

Namun mayoritas kemudian akan menambahkan bahwa ayat-ayat ini hanya mengacu pada titik terjadinya keselamatan. Dari titik ini kita perlu beralih ke aspek yang lebih penting dari kehidupan Kristen seperti pengudusan, menjalani gaya hidup “kudus” dan menjadi semakin efektif bagi Tuhan. Mereka yang mengatakan kita harus “mengerjakan” keselamatan kita sendiri, benar-benar keliru mengutip Filipi 2:12. Ayat ini tidak mengatakan kita harus “bekerja untuk” (Ingg: “work for”) keselamatan kita. “Mengerjakan keluar” (Ingg: “work out”) keselamatan kita berarti “memahami” (yaitu “mempekerjakan”) betapa indah, lengkap dan ajaibnya keselamatan kita. Ini juga berarti mulai mengizinkan apa yang ada di dalam diri kita mengalir ke luar. Mempekerjakan keselamatan keluar dari hidupRoh Kudus ingin menyentuh dunia luar dari dalam diri kita. Itulah artinya “mengerjakan keluar” keselamatan kita.

Gereja-gereja dari Galatia memulai dengan baik. Mereka awalnya tahu mereka telah diselamatkan oleh kasih karunia, tapi kemudian mereka mulai mengandalkan upaya-upaya mereka sendiri untuk “menjaga” diri mereka tetap diselamatkan. Mari kita lihat apa yang Paulus tulis kepada mereka:
Hai orang-orang Galatia yang bodoh, siapakah yang telah mempesona (NKJV: menyihir) kamu? Bukankah Yesus Kristus yang disalibkan itu telah dilukiskan dengan terang di depanmu? Hanya ini yang hendak kuketahui dari pada kamu: Adakah kamu telah menerima Roh karena melakukan hukum Taurat atau karena percaya kepada pemberitaan Injil? Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam (NKJV: disempurnakan oleh) daging? (Gal 3:1-3, penjelasan penerjemahan ditambahkan)

Ketika Paulus berbicara tentang kasih karunia kepada jemaat di Galatia, ia tidak sedang berbicara tentang dilahirkan kembali kepada orang-orang yang belum percaya, ia sedang berbicara kepada orang-orang percaya, orang-orang yang sudah dilahirkan kembali. Dia mengatakan bahwa mereka telah memulai dengan baik dalam kasih karunia, tetapi sekarang mereka telah datang di bawah tekanan dari orang-orang yang memberitakan hukum Taurat, yang mengatakan mereka harus taat sempurna untuk dapat menerima berkat Tuhan. Disini dalam Galatia 3 Paulus mengatakan kepada mereka bahwa mereka harus melanjutkan dalam kasih karunia Allah, sama seperti yang ia katakan kepada jemaat Kolose:
Kamu telah menerima Kristus Yesus [hanya dengan percaya dan tidak dengan berusaha memperolehnya], Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. (Kol 2:6, penjelasan dan penekanan ditambahkan) ≈ Karena itu sebagaimana kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan [hanya dengan percaya dan tidak dengan berusaha memperolehnya], demikianlah kamu berjalan di dalam Dia. (Kol 2:6, terjemahan NKJV, penjelasan dan penekanan ditambahkan)

Sekarang pikirkan sejenak, bagaimana cara kita menerima-Nya? Kita hanya percaya. Karena itu bagaimana seharusnya cara kita terus berjalan di dalam Dia sekarang seperti ketika kita dilahirkan kembali? Dengan hanya percaya. Jika kasih karunia cukup untuk menyelamatkan kita, kasih karunia cukup untuk menjaga kita.
Berkat-berkat Tuhan, kesembuhan dan kemakmuran tidak datang melalui pergumulan, melalui karya-karya kebenaran kita sendiri atau melalui upaya untuk hidup kudus. Itu datang melalui keberadaan dibangun dalam karunia kebenaran, kebenaran yang kita terima pertama-tama sebagai suatu pemberian ketika kita masuk ke dalam Kristus. Kami tidak pernah bisa meninggalkan fondasi kita. Semakin besar kita membangun gedungnya, kita harus semakin memperkuat pondasi, yaitu kasih karunia.

Penyucian?

Dalam gereja modern ada suatu kesalahpahaman berbahaya bahwa awalnya Allah menerima seseorang tanpa syarat atas dasar kasih karunia, tetapi setelah mereka diselamatkan mereka sekarang tiba-tiba harus tampil pada suatu tingkat tertentu agar Allah dapat terus menerima dan memberkati mereka. Alkitab berbicara tentang dua jenis kebenaran: Kebenaran Allah (menerima keselamatan, persetujuan dan berkat-berkat Allah dengan iman) dan kebenaran diri (kembali berdasarkan hukum Taurat dan mencoba untuk menerima semua yang di atas dengan mencoba memperolehnya melalui perbuatan-perbuatan baik). Tapi yang berlaku di kebanyakan gereja saat ini adalah jenis kebenaran yang ketiga, salah satu yang tidak disebutkan tempat manapun di Alkitab: Setelah kita diselamatkan, kita tinggalkan kasih karunia dan kebenaran Allah sebagai suatu pemberian dan mencoba untuk menjadi lebih benar melalui perbuatan-perbuatan baik kita sendiri – ajaran ini sering disamarkan di balik kata lain yang disalahpahami yang disebut “pengudusan”, yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan mencoba untuk mengurangi berbuat dosa.

Satu-satunya cara untuk bebas dari perangkap ini adalah dengan menjadi lebih dibangun dalam kebenaran Allah sebagai suatu pemberian. Setelah kita menyadari bahwa kita tidak pernah dapat menambah kebenaran yang diberikan kepada kita sebagai suatu pemberian dan bahwa upaya terbaik kita adalah seperti kain kotor, kita akan melihat bahwa hanya dengan percaya dalam ketaatan yang sempurna dari Sang Anak Manusia, Yesus Kristus, kita dapat memiliki keyakinan di hadapan Allah.
Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor; (Yes 64:6a)

Ayat ini mengatakan mengatakan segala keSALEHan-keSALEHan kita seperti kain kotor, bukan segala keTIDAKsalehan-keTIDAKsalehan kita. Jadi bukan berbicara tentang kesalahan-kesalahan kita, tapi tentang perbuatan-perbuatan baik kita. Perbuatan-perbuatan baik yang dilakukan dari motif mencoba untuk mendapatkan cinta Tuhan melalui perbuatan-perbuatan itu dianggap seperti kain kotor. Bahasa Ibrani asli dari kata itu sebenarnya mengacu pada kain haid wanita – itulah sebenarnya betapa buruknya!
Beberapa pengkhotbah memulai dengan baik, memberitakan kasih karunia dan cinta tanpa syarat agar orang yang diselamatkan. Tapi kemudian ketika mereka melihat kehidupan-kehidupan orang-orang berubah karena kasih karunia Allah, mereka mulai melihat ini sebagai buah dari pengajaran mereka sendiri dan mereka mulai menekankan kehidupan kudus untuk membayar kasih karunia.

Ujilah

Bagaimana kita tahu bahwa kita telah dibangun dalam kasih karunia Allah? Jika kita dapat mengatakan segera setelah kita tersandung secara moral bahwa kita adalah kebenaran Allah di dalam Kristus Yesus (2 Korintus 5:21) dan bahwa tidak ada yang kita lakukan pernah dapat mengubahnya! Ingat bahwa kita tidak mengatakan bahwa orang harus menggunakan kasih karunia sebagai suatu alasan untuk berbuat dosa.
Kita perlu kepolosan seorang anak dipulihkan kepada kita, merasa seolah-olah kita tidak pernah berbuat dosa karena Allah telah mengampuni segala dosa kita masa lalu, sekarang dan masa depan:
..dan Aku tidak lagi mengingat dosa-dosa dan kesalahan (NKJV: perbuatan-perbuatan yang melanggar hukum) mereka.” (Ibr 10:17, penjelasan penerjemahan ditambahkan)
Ciptaan Baru
Menghidupi Kenyataan Siapa Anda Dalam Kristus – Ciptaan Baru

Ketika kita mencapai posisi dimana dengan berani mendekati tahta kasih karunia dengan hati nurani kita bersih dari setiap tuduhan dari Iblis, kita dapat mengatakan kita telah dibangun dalam karunia kebenaran. Tuhan tidak ingin kita merasa bersalah mengenai dosa apapun, karena mengapa kita harus diingatkan tentang kesalahan kita jika Allah sudah tidak mengingatnya lagi?
Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri, dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah. Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni. (Ibr 10:19-22)

Catatan:

SALIB MEMISAHKAN.....

Salib Memisahkan“Perjanjian Lama” dengan “Perjanjian Baru”

Saat sebagian besar orang Kristen menyadari bahwa salib Yesus itu penting, banyak yang tidak menyadari kehebatan maknanya.
Salib adalah garis pemisah antara perjanjian lama dan perjanjian baru. Saat Yesus berseru “sudah selesai”, yang lama telah berlalu dan yang baru telah datang!

NAIL-TO-THE-CROSS 

Sebuah perubahan besar

Perubahan yang terjadi sangatlah besar bahkan pada awalnya murid-murid Yesus mengalami kesulitan untuk meninggalkan yang lama. Simon Petrus dikoreksi beberapa kali, dua kali langsung oleh Yesus (Kisah 10 dan11) dan oleh Paulus (Galatia 2), karena dia dirayu untuk kembali kedalam perjanjian lama dalam hal apa yang telah diselesaikan Yesus di kayu salib. Jika rasul yang berkhotbah di hari Pentakosta dan yang melihat mukjizat saat bayangannya mengenai orang sakit perlu untuk dikoreksi, tidak heran banyak orang saat ini gagal untuk memahami seluruh karya penebusan Yesus. Bukannya zig-zag bolak-balik antara perjanjian lama dan perjanjian baru, kita harus membiarkan kompas kita, Roh Kudus, memusatkan arah kita dan mengingatkan kita akan semua yang telah Yesus lakukan bagi kita dan bagi seluruh dunia.

Allah telah memberikan segalanya

Sebelum salib, orang melakukan kegiatan kerohanian agar mendapatkan sesuatu dari Allah, akan tetapi setelah salib, kita berdoa, menyembah dan percaya karena apa yang telah disediakan Allah bagi kita. Hukum Taurat Musa sangat jelas menyatakan bahwa manusia harus mentaati semua perintah “siang dan malam” agar dapat menerima berkat Tuhan (tentu saja tidak seorangpun yang berhasil melakukannya). Dalam perjanjian baru kita menerima berkat karena apa yang telah dilakukan Yesus; ketaatan dan pengorbanan-Nya telah diperhitungkan bagi kita.
Yabes berdoa agar Allah memberkatinya. Itu merupakan doa yang baik bagi Yabes, karena dia hidup di bawah perjanjian lama, tetapi doa itu tidak cocok bagi kita. Kita berdoa karena Allah telah memberkati kita di dalam Kristus: “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga.” (Efesus 1:3)
Perhatikan bahwa Allah “telah memberkati” kita; ini bukan tentang “akan memberkati kita.”

Allah telah “digerakkan”

Hidup kita yang baru di dalam Kristus seluruhnya tergantung dan tercakup pada karya yang telah diselesaikan Yesus. Bukan “Anda bergerak baru kemudian Allah bergerak,” seperti yang sering saya dengar dari para pengkhotbah. Pesan kita adalah bahwa Allah telah dipuaskan oleh pengorbanan Yesus. Allah telah “digerakkan.” Dia tidak meresponi kita karena usaha kita – Allah telah meresponi dengan menyediakan segala yang kita perlukan di dalam Yesus Kristus. Tugas kita sederhana yaitu percaya akan apa yang telah dilakukan Yesus. Iman kita tidak menggerakkan Allah; kalau memang bisa, itu berarti Allah berada di tempat yang salah. Tidak, iman adalah bersandar pada apa yang telah dilakukan Yesus. Iman tidak mengharapkan apa yang akan dilakukan Allah suatu hari nanti (itu adalah pemikiran perjanjian lama), tetapi iman yang sesungguhnya memandang pada apa yang telah dilakukan Yesus di atas kayu salib. Itu cukup.

Temukanlah apa yang telah Anda miliki

Sebelum salib, kita memiliki lambang-lambang, bayangan dan ritual-ritual. Setelah salib kita memiliki kenyataannya. Sebelum salib, orang percaya mengharapkan karya Kristus; sekarang kita melihat kebelakang apa yang telah Dia lakukan. Ini adalah inti dari kehidupan Kristen. Saat awal kita diselamatkan, kita tidak mengetahui semua yang telah disediakan Kristus bagi kita. Meskipun demikian pada saat “kelahiran baru” itu kita menerima segala yang kita butuhkan. Kita tidak perlu mencari “lebih banyak” dari Tuhan, karena kita telah memilikinya. Sebaliknya, pencarian kita adalah untuk menemukan apa yang telah kita miliki. Sama seperti Adam harus membuka matanya dan menemukan semua yang telah disediakan Allah di Taman Eden, demikian juga Roh Kudus membuka mata kita untuk menemukan warisan kita. Rasul Paulus tidak pernah menyatakan bahwa orang percaya kekurangan sesuatu, tetapi mereka perlu untuk mengetahui apa yang mereka miliki. Dalam doanya bagi Filemon, dia menulis: “agar persekutuanmu di dalam iman turut mengerjakan pengetahuan akan yang baik di antara kita untuk Kristus.” (Filemon 6)
Jika kita meminta banyak orang Kristen untuk membuat dua daftar, yang satu berisi seluruh kekurangan, kegagalan dan permasalahan mereka, dan yang satunya lagi berisi apa yang mereka miliki, saya takut daftar yang pertama akan menjadi daftar yang terpanjang. Iman kita tidak menjadi efektif dengan menunjuk pada hal-hal yang tidak kita miliki, tetapi menunjuk pada yang kita miliki. Saat Paulus berkata pada orang percaya di Efesus, dia menulis: “dan meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar. Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus, dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya.” (Efesus 1:17-19)
Perhatikan, Paulus tidak berdoa agar Allah memberikan sesuatu pada jemaat Efesus – dia beroda agar mata mereka terbuka sehingga melihat apa yang mereka miliki.

Saringlah Perjanjian Lama melalui salib Yesus

finished_cross_lens 
Salib merubah pandangan kita terhadap ayat-ayat Perjanjian Lama, karena sekarang kita mengerti bahwa kitab-kitab Musa, Mazmur dan kitab para Nabi adalah kesaksian tentang Yesus. (Lukas 24:27, 44-45). Tanpa pewahyuan tentang “Kristus” ini”, kitab Perjanjian Lama adalah kitab yang “terselubung”, dibaca tanpa ada pengertian. “Tetapi pikiran mereka telah menjadi tumpul, sebab sampai pada hari ini selubung itu masih tetap menyelubungi mereka, jika mereka membaca perjanjian lama itu tanpa disingkapkan, karena hanya Kristus saja yang dapat menyingkapkannya.” (2 Korintus 3:14) 
Meskipun Paulus menujukannya pada para ahli Taurat, kebenaran yang sama juga berlaku saat ini. Banyak orang membaca Perjanjian Lama tanpa pewahyuan tentang karya yang telah diselesaikan Kristus di atas kayu salib, sementara satu-satunya pengertian yang benar dari ayat-ayat tersebut hanya didapatkan dengan menyaring Perjanjian Lama melalui salib Yesus. Saat kita melihat Yesus, kita mengenali bahwa Dialah porsi ganda kita, pengurapan kita, pesyafaat kita, iman kita dan segalanya bagi kita. Kita tidak berjalan di dalam jejak Elia atau nabi-nabi yang lain; kita mengikuti Yesus Kristus. Saat ini bukanlah “zaman Elia” atau “zaman Yehezkiel” tetapi zaman Yesus Kristus dan orang-orang yang percaya kepada-Nya. Musa dan Elia mewakili Hukum Taurat dan para Nabi, lenyap dari Gunung Transfigurasi, dan hanya Yesus yang tetap tinggal. Gambaran yang indah tentang bagaimana pemerintahan Perjanjian Lama yang terdiri dari Hukum Taurat dan para Nabi telah berlalu, digantikan oleh Yesus Kristus, yang di dalam-Nya tinggal seluruh kepenuhan Allah.

Hukum Taurat telah digenapi

Mereka yang menentang hal ini memiliki masalah yang serius. Menurut Yesus kita menanggung setiap “iota dan titik dari hukum Taurat,” sampai “semuanya digenapi.” Puji Tuhan bahwa semuanya telah digenapi! Kalau tidak kita semua harus bertanggung jawab sesuai dengan peraturan Musa. Sebaliknya kita sekarang berada di dalam perjanjian baru karena “Sebab Kristus adalah kegenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh.” (Roma 10:4)
Sebelum salib, ketaatan kita yang diperhitungkan; sekarang ketaatan Kristus yang diperhitungkan. Sebelumnya adalah kepatuhan ritual agama; sekarang adalah transformasi hati oleh kuasa salib.
Tidak ada ungkapan yang dapat digunakan untuk menunjukkan seluruh kedalaman salib Yesus. Bahkan saat kita melihat sekilas saja dari artinya, kita menemukan bahwa hal itu selamanya memisahkan kita dari hukum Taurat. Salib adalah tempat pembayaran dari dosa-dosa dunia. Sekarang kita mendekati Allah hanya karena apa yang telah dilakukan Yesus. Seketika itu seluruh Perjanjian Baru menjadi masuk akal. Tulisan Rasul Paulus menjadi hidup. Kita tidak lagi melihat diri kita sebagai “tidak memiliki,” tetapi kita memiliki segalanya di dalam Kristus.

Sebuah perjalanan untuk menemukan

Saya mendorong Anda untuk melakukan perjalanan untuk menemukan. Bacalah Perjanjian Baru seperti Anda baru pertama kali Anda membacanya, dan percayalah bahwa “segala sesuatu” untuk semua area kehidupan kita adalah milik kita melalui pengenalan tentang apa yang telah dilakukan Yesus. (2 Petrus 1:1-4)

Catatan: 
Tulisan yang ditulis oleh Peter Youngren ini diambil dari websitenya, Global Grace News.

Rabu, 04 November 2015

GRACE For All

Kasih Karunia Bagi Semua

tumblr_inline_niy3npFoEN1qgo4xuSemua agama berusaha untuk menyenangkan Tuhan. Apakah kekristenan juga sama? Haruskah kita menyenangkan Tuhan agar bisa menerima anugerah-Nya? Mari kita melihat perbedaan antara agama dan Injil.

Seluruh dunia, sebagian besar tanpa sadar, sangat mengharapkan kasih karunia. Sebuah gambaran umum mengenai Tuhan atau dewa-dewa adalah bagaikan suatu sosok ilahi yang sangat mahakuasa, tidak dapat didekati, acuh tak acuh terhadap penderitaan manusia dan terus menerus harus dibuat senang. Tuhan tersebut biasanya ada dalam alam yang berbeda, terpisah dengan kita, sibuk dengan dirinya sendiri dan sedikit memiliki ketertarikan dalam urusan manusia, kecuali ada sesuatu yang bisa diperoleh bagi sang ilahi itu sendiri.

Menyenangkan Tuhan

Selain menyenangkan orang-orang di sekitar kita, banyak orang merasa wajib untuk menyenangkan yang Mahakuasa. Konsep tentang Tuhan yang tidak puas melekat pada agama. Bahkan, tanpa hal tersebut sulit untuk kita melihat agama seperti yang kita kenal bisa terus bertahan. Kisah Injil sama sekali berbeda dari semua tuhan yang ada dalam bayangan pikiran manusia. Allah kasih karunia bukanlah pengambil, melainkan pemberi; tidak ada keegoisan di dalam Dia. Konsep tentang Allah yang tidak tersentuh merupakan kebalikan dari Injil. Allah, yang begitu penuh kasih sehingga Ia telah mengaruniakan Kristus, sangat ingin memberkati kita dengan kehidupan yang melimpah; tidak ingin ada pemisahan antara manusia dan Allah. Di hadapan Injil, mengapa masih ada begitu banyak orang terikat dengan mencoba menyenangkan sosok Allah yang dianggap sebagai sosok yang selalu tidak puas?
Di hadapan Injil, mengapa masih ada begitu banyak orang terikat dengan mencoba menyenangkan sosok Allah yang dianggap sebagai sosok yang selalu tidak puas?
Jawabannya selalu berkaitan dengan berbagai kelemahan manusia, berbagai area dimana kita merasa diri kita tidak dapat memenuhi harapan yang telah ditentukan sebelumnya. Seorang Muslim yang taat akan merasa bersalah ketika di tengah bulan Ramadhan, bulan puasa, rasa lapar menguasai dirinya dan akhirnya ia makan sebelum waktu buka puasa tiba. Allah tidak senang dengan hal itu.
Orang Budha merasa bersalah karena tidak melakukan meditasi atau tidak berada di tempat saat para biksu datang untuk memberikan kesempatan berdana secara rutin. Orang Hindu kuatir dewa-dewa akan marah bila kuil ibadah dan doa-doa yang telah ditentukan diabaikan. Akankah dia mendatangkan murka para dewa?
Orang Kristen dihantui oleh kegagalan, bertanya-tanya apakah Tuhan tidak menjawab doanya karena masih ada dosa yang disembunyikan. Oh, dia mencoba untuk bertobat dan bahkan didoakan oleh pendeta terkenal. Namun, godaan itu masih ada. Kalau begitu Allah tidak dapat disenangkan.
Ada berbagai cara untuk mencari kelegaan – pretensi terhadap hal itu. Bersikap seakan segalanya baik-baik saja. Jika orang lain berpikir bahwa kita baik, maka hal itu membuat kita baik, jika sekitar kita tidak setuju, kita juga merasa bersalah. Pandai dalam memasang muka baik, dan berkata-kata dengan istilah Kristen – Puji Tuhan, Haleluya, atau segalanya baik-baik saja. Ada juga cara melegakan diri dari kesalahan melalui aktifitas keagamaan yang dilakukan terus menerus untuk memperbaiki kesalahan – mengaku dosa setiap hari, bahkan mungkin beberapa kali dalam sehari. Terus-menerus menyelidiki hati kalau-kalau ada pelanggaran yang tersembunyi, kemudian mencoba mencari akarnya, lalu berjanji untuk tidak pernah menyentuhnya kembali.
Segala sesuatu yang telah saya gambarkan sejauh ini dapat ditaruh di bawah judul – HUKUM TAURAT.
Tiga puluh enam setengah kitab dalam Perjanjian Lama ditulis dalam periode waktu hukum Taurat, kecuali Ayub, Kejadian dan setengah dari kitab Keluaran. Mengapa Alkitab memberikan perhatian yang begitu besar terhadap hukum Taurat dan legalisme? Mungkinkah karena semua orang tergoda untuk mengandalkan usahanya sendiri dengan agama yang didasarkan pada peraturan daripada mengandalkan kasih karunia? Agama yang berdasarkan pada peraturan tidak hanya dimiliki orang Yahudi; hal itu adalah inti dari setiap agama.

Model Bisnis dari Agama

Kenyataannya, model bisnis dari agama terletak pada dua konsep berikut ini: Tuhan yang tidak senang dan kesadaran akan kesalahan.
Kenyataannya, model bisnis dari agama terletak pada dua konsep berikut ini: Tuhan yang tidak senang dan kesadaran akan kesalahan. Setiap rabi, pastor, mulah, pendeta atau biksu yang dihormati harus tahu bagaimana caranya menegakkan gagasan tentang ketidakpuasan ilahi dan meningkatkan kesedihan yang mendalam dari hati nurani yang bersalah. Itulah caranya agar orang tetap terikat dalam agama. Tentu saja, Yesus telah menghancurkan model bisnis agama tersebut. Dengan satu pengorbanan, sekali untuk selamanya, Dia menyingkirkan segala ketidaksenangan Allah, membuang semua dosa melalui pengorbanan diri-Nya.
Agama secara harfiah berarti “mengikat” dan hal itu mengikat Anda dalam sistem kepura-puraan serta penghukuman terhadap diri Anda dan dunia di sekitar Anda. Bagi mereka yang lemah dalam emosinya, hal ini membawa kepada suatu kehidupan yang membenci diri sendiri serta merasa dirinya tidak pernah cukup baik. Pemikiran yang terus mengganggu pikiran adalah: “Kalau saja aku bisa …,” “Seharusnya aku …;” “Aku harus berusaha lebih keras untuk …” Sementara, bagi mereka yang memiliki jiwa yang lebih kuat, saat menyadari adanya inkonsistensi dan kegagalan yang dialami, mereka masih melihat diri mereka lebih kuat dari orang lain. Tidak peduli kegagalan apa yang mereka lihat dalam jiwa mereka sendiri, mereka merasa berani karena berpikir bahwa mereka tidak seberdosa yang lain. Logikanya mungkin seperti ini: “Aku memang tidak seperti yang seharusnya, tetapi syukurlah aku tidak seperti …” atau “Tak ada yang berusaha sekeras aku; tidak seorang pun berkomitmen seperti aku.”
Cepat atau lambat, agama membawa orang untuk mulai menyalahkan Tuhan
Cepat atau lambat, agama membawa orang untuk mulai menyalahkan Tuhan: “Aku tidak dapat mengerti mengapa Tuhan tidak menjawab doa-doaku. Aku sudah melakukan semua yang aku ketahui: bertobat, berpuasa, pergi ke gereja. Aku tidak mengerti mengapa ini terjadi.”
Tujuan hukum Taurat adalah untuk membuat kita haus akan sesuatu yang lebih baik. Hanya ketika kita sampai pada akhir kemampuan kita sendiri, lelah, frustrasi serta kehabisan tenaga karena segala kekurangan kita, saat itulah tiba-tiba kita siap untuk menerima kasih karunia.
Inilah undangan bagi dunia: Semua orang yang kehabisan tenaga karena segala kekurangan yang ada pada mereka – baik orang Hindu, Islam, Budha dan orang Kristen semuanya – ada jalan yang lebih baik. Tuhan, Sang Pencipta, telah memberikan anugerah bagi Anda yang sebenarnya tidak layak dan tidak pantas untuk diterima dan tidak bisa Anda usahakan. Ini benar – Anda mendapatkan sesuatu dari Tuhan dengan cuma-cuma; sepenuhnya gratis. Mengapa? Karena Yesus yang telah membayarnya. Tidak diperlukan pembayaran lagi.

Siapa memberikan kepada siapa?

Keselamatan bukanlah kita memberikan hidup kita kepada Kristus.
Mereka, yang menerima pemberian kasih karunia ini, memperhatikan sebuah perubahan dramatis yang disebut keselamatan. Keselamatan bukanlah kita memberikan hidup kita kepada Kristus. Tidak, tapi lebih besar dari itu – Kristus lah yang memberikan hidup-Nya bagi kita. Sangat luar biasa, kita bahkan menjadikan keselamatan menjadi sesuatu yang legalistik: “Aku sudah menaikkan doa orang berdosa,” “Aku telah memberikan hidupku pada Kristus,” dll. Tuhan tidak menginginkan hidup Anda, dan apa yang dapat dipergunakan-Nya dari hidup Anda? Tidak, yang merupakan mukjizat adalah kehidupan Kristus masuk ke dalam Anda, dan sekarang Dia hidup di dalam Anda. Kekudusan, kebenaran dan kehidupan baru Anda sepenuhnya tergantung pada Kristus yang hidup melalui Anda. Perhatikanlah ayat-ayat berikut ini:
“Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita” (1 Kor 1:30).
Kekudusan, kebenaran dan kehidupan baru Anda sepenuhnya tergantung pada Kristus yang hidup melalui Anda.
“Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah” (Kol 3:3).
“namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku” (Gal 2:20).

Kristus hidup di dalam Anda

religion >< Jesus

Sekarang Kristus adalah kehidupan kita. Ya, kita memang masih berada dalam tubuh daging kita, tetapi tersembunyi di dalam Dia, dikasihi oleh Dia dan diberi kekuatan oleh iman-Nya di dalam kita.
Bagaimana hal ini bisa terjadi?
Oleh kasih karunia.
Tidak layak: Sederhananya, Anda tidak layak menerima kebaikan Tuhan, dan tidak pernah bisa layak mendapatkannya. Satu-satunya cara untuk menerima itu adalah sebagai pemberian kasih karunia dari Tuhan.
Tidak pantas: Tidak ada dalam kita yang pantas atau mewajibkan agar Tuhan memberkati kita. Apa yang tampak sepertinya kepantasan bagi kita – kerja keras, niat baik, dedikasi kita – sama sekali tidak pantas.
Tidak diusahakan: Anda pernah mendengar perkataan, “Tidak ada yang gratis” Memang pernyataan itu banyak benarnya, kecuali bila berhubungan dengan Tuhan, karena dengan Tuhan, segala sesuatu adalah cuma-cuma, karena pengorbanan Yesus telah membayar semuanya.

Ini adalah firman pendamaian. Begitu Anda mempercayainya, Anda tidak akan pernah menjadi sama lagi. Perhatikan bagaimana hal ini berpengaruh pada Paulus:
“Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikit pun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah” (Kis 20:24).

Catatan: 
Tulisan yang ditulis oleh Peter Youngren ini diambil dari websitenya, Global Grace News

KEHILANGAN AGAMA

Kehilangan Agama Anda

Sudah bertahun-tahun saya kehilangan agama saya dan saat ini saya menjadi jauh lebih baik. Saya tidak melebih-lebihkan dalam menyatakan pokok pikiran ini. Saya bersungguh-sungguh. Kadang orang-orang bertanya kepada saya, “Apa maksudmu berkata kehilangan agamamu?” Jawabannya sederhana.
Losing-Your-ReligionDengan mengerti arti sesungguhnya dari kata “agama (religion) akan menolong menjelaskan pernyataan saya. Dalam bahasa Inggris, kata tersebut diambil dari bahasa Latin religio, yang memiliki arti “kewajiban” atau “ikatan.” Kemungkinan kata tersebut diturunkan dari kata kerja religare, yang berarti “mengikat erat.” (Diambil dari The Dictionary of Word Origins, oleh John Ayto).
Asal kata “agama” menjelaskan masalah tersebut. Agama mengikat manusia dengan erat, mewajibkan mereka mentaati suatu susunan standar dan perilaku. Sejalan dengan waktu, kata tersebut dihubungkan dengan kewajiban yang dimiliki manusia terhadap dewa-dewa kuno.
Agama adalah sebuah rumah kaca untuk legalisme karena berfokus pada tugas dan kinerja.
Dalam terminologi modern, kata itu menunjukkan ide melakukan tindakan tertentu dengan tujuan dalam pikiran agar mendapatkan perkenanan ilahi. Agama adalah sebuah rumah kaca untuk legalisme karena berfokus pada tugas dan kinerja. Agama menempatkan kewajiban pada manusia untuk menggapai Tuhan dengan usaha-usahanya. Agama menaruh ikatan pada manusia, sehingga membuat mereka berada dalam perbudakan.
Kekristenan yang sejati dalam banyak hal berbeda dengan agama. Sebuah komentar yang baru-baru dikeluarkan mengenai tinju menggambarkan apa yang saya maksud. Seseorang berkata, “Bagi saya, tinju seperti balet, kecuali tidak ada musik, tidak ada koreografi dan para penari saling memukul.” Perbandingan yang diberikannya antara tinju dan balet menggambarkan kesatuan yang ada antara Kekristenan yang sejati dengan agama yang hakekatnya adalah legalistik. Kesatuan itu tidak ada sama sekali.

Kekristenan yang sejati didasarkan pada Injil. Kata “Injil” berarti “kabar baik.” Apa itu kabar baik? Bahwa kita tidak lagi harus mencoba untuk menggapai Tuhan melalui tindakan kita, tetapi Allahlah yang bertindak untuk mempersatukan kita dengan Dia. Ini adalah kabar baik bahwa Allah telah mengulurkan tangan kepada kita melalui pribadi Yesus Kristus. Ini adalah kabar baik bahwa salib dan kubur kosong cukup untuk membuat Allah untuk merobek kartu skor kehidupan Anda dan menyatakan permainan telah berakhir – dengan Anda sebagai pemenang. Yang kita butuhkan hanyalah percaya pada karya yang telah diselesaikan Kristus. Itu saja – tidak ada yang lain. Para murid pernah bertanya kepada Yesus, “Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?” Jawab Yesus kepada mereka: “Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah” (Yohanes 6:28-29). Percaya – itu saja.

Beberapa orang mungkin bertanya, “Bukankah kita harus melakukan hal-hal tertentu?” Jawabannya adalah kita akan melakukan hal-hal tertentu, bukan karena kita sedang mencoba mendapatkan nilai dari Allah, tetapi karena hal itu merupakan bagian dari DNA rohani kita untuk menghasilkan perbuatan baik. Sebagian orang mungkin salah berpikir bahwa kita sedang berperilaku agamawi, tapi sebenarnya tidak. Kita hanya bertindak seperti siapa kita sebenarnya – wadah dan saluran kehidupan ilahi.

Perlukah membuang agama Anda?

Agama akan mewajibkan Anda untuk bekerja bagi Allah, tetapi Yesus akan membebaskan Anda untuk melayani karena kasih.
Agama akan membelenggu Anda. Yesus Kristus akan membebaskan Anda. Agama akan mewajibkan Anda untuk bekerja bagi Allah, tetapi Yesus akan membebaskan Anda untuk melayani karena kasih. Agama akan membuat Anda lelah. Yesus akan terus-menerus menyegarkan jiwa Anda dengan kehidupan ilahi.
Kasih karunia versus Agama : "Dibenarkan (Roma 3:28)" >< "Lakukan saja.. Lakukan saja.. Lakukan saja ..."
Kasih karunia versus Agama : “Dibenarkan (Roma 3:28)” >< “Lakukan saja.. Lakukan saja.. Lakukan saja …”

Ya, saya telah kehilangan agama saya. Akibatnya, saya menjadi semakin intim dalam mengenal Yesus. Saya tidak akan menggantikan pengenalan tersebut dengan agama apapun di dalam dunia ini. Saya masih melakukan banyak hal yang bagi orang lain mungkin terlihat agamawi, tapi bukan itu maksudnya. Saya hanya menikmati Yesus dan melakukan apa yang saya inginkan (yang memang bertepatan dengan apa yang la inginkan).
Apakah Anda perlu membuang agama Anda? Anda akan menemukan diri Anda menjadi jauh lebih baik bila Anda menemukan hidup Anda di dalam Kristus. Ayo, lakukan saja. Ucapkanlah selamat tinggal kepada belenggu yang terikat pada kewajiban agama dan jatuhlah ke dalam pelukan Yesus Kristus. Anda tidak akan menyesal.

Catatan:
Tulisan ini adalah terjemahan artikel yang ditulis oleh Steve McVey di websitenya.

Tendanglah keluar Hukum Taurat itu!

Tendanglah Keluar Hukum Taurat itu!

Saya baru-baru ini mendengarkan suatu pengajaran oleh Åge Åleskjær, teman saya di Norwegia (dan pendeta di Oslo Christian Center) dan mendengar dia mengajar tentang Sarah dan Hagar. Saya telah berbicara dari ayat itu berkali-kali, tapi Åge menunjukkan kebenaran yang saya belum pernah lihat yang benar-benar perlu dipahami dalam dunia gereja modern.
Dore_TheExpulsionOfIshmaelAndHisMotherL
“The Expulsion of Ishmael and His Mother” – by Gustave Doré

Anda ingat dalam Galatia 4:24, Rasul Paulus mengatakan bahwa kehidupan Sarah dan Hagar adalah kiasan yang mengajarkan kita tentang hukum dan kasih karunia. Ishak adalah anak yang dijanjikan, secara ajaib disediakan oleh kasih karunia, dan Ismail adalah putra dari daging, yang dihasilkan oleh usaha diri Abraham sendiri.

Dalam Kejadian 21:10, Berkatalah Sara kepada Abraham: “Usirlah hamba perempuan itu beserta anaknya, sebab anak hamba ini tidak akan menjadi ahli waris bersama-sama dengan anakku Ishak.” Pelajaran Perjanjian Baru di sini adalah jelas – hukum dan kasih karunia tidak bisa hidup damai di satu rumah (kehidupan atau gereja) yang sama. Akan selalu ada konflik antara keduanya.

Aspek yang menarik dari bagian ini yang tadinya saya tidak lihat adalah pengaturan waktu untuk semua itu. Pada dua ayat sebelum peringatan Sarah bagi Abraham untuk “mengusir perempuan itu dan anaknya bersama dia”, Alkitab mengatakan bahwa “anak itu [Ishak] bertumbuh dan disapih.” Ketika ia mencapai saat di mana ia berhenti membutuhkan susu dan sekarang bisa memakan makanan padat, sudah waktunya untuk Hagar dan Ismael pergi.
Implikasinya adalah bahwa ketika seseorang menjadi matang ke tempat di mana ia telah bertumbuh dari susu kepada “daging Firman,” ia akan memahami bahwa Hukum Taurat tersebut harus sepenuhnya dikeluarkan dari cara hidupnya. Kata usir (“usirlah hamba perempuan itu”) berarti melemparkan dengan kekuatan besar. Tidak ada toleransi atau kesabaran dengan legalisme dalam hidup kita.
Sayangnya, mereka yang terperangkap dalam legalisme melihat diri mereka sebagai orang-orang yang telah mencapai tingkat kematangan yang kita lainnya belum capai. Yang benar adalah bahwa merekalah yang masih bayi. Paulus menulis dalam Galatia 3:25 bahwa kita tidak membutuhkan Hukum Taurat sebagai “pengasuh bayi lagi. Kita memiliki Kristus dan Dia sudah cukup!
GrowUp-SeriesKita bisa menentukan macam tingkat kedewasaan Kristen kita dengan bagaimana kita masih terhubung dengan aturan-aturan agama dalam gaya hidup kita. Ketika saya masih anak kecil, saya harus disuruh untuk menyikat gigi dan mandi. Tidak ada yang harus memberitahu saya bahwa sekarang. Hal yang sama berlaku selagi kita menjadi dewasa secara rohani. Beberapa gereja tidak lebih dari pada perawatan anak di mana orang-orang Kristen diperlakukan seperti bayi, diberitahu apa persis yang harus mereka lakukan dan tidak boleh lakukan di setiap bidang kehidupan.

Sudah waktunya bagi kita untuk bertumbuh dan mulai bertindak sebagaimana siapa diri kita. Kita hanya memiliki satu ibu dan namanya adalah Grace (Kasih Karunia). Sudah waktunya untuk menendang keluar Ny. Hukum Taurat dan anaknya yang menjengkelkan (karya-karya daging) dari kehidupan kita. Ketika Ishak disapih, mereka mengadakan pesta besar. (Lihat Kejadian 21:8) Perpindahan dari masa bayi legalisme ke kedewasaan kasih karunia adalah suatu alasan untuk dirayakan. Tendanglah Hukum Taurat keluar dari hidup Anda dan hiduplah dalam kasih karunia. Tuhan tahu sudah waktunya.

Catatan:
Tulisan ini adalah terjemahan artikel yang ditulis oleh Steve McVey.