Kamis, 29 Oktober 2015

Kejar KEKUDUSAN...haruskah ???

Shalom.

Apa kabar anda saat ini? Senang sekali saat mengetahui betapa diberkatinya anda. Halleluyah, saya yakin anda sedang terpesona dengan semua yang telah dikerjakan Yesus bagi anda^^.

Pada kesempatan kali ini, saya terdorong untuk menulis sesuatu untuk anda, ya, untuk anda^^. Dari judul tulisan ini, tentu anda sudah bisa menebaknya. 

Kekudusan..pernahkah terbesit di otak anda, tentang hal ini? 

"hmmm..sudahlah..jangan bahas soal kekudusan..itu hanya untuk para pendeta".

Banyak orang segera  mengalihkan arah pembicaraan, ketika kekudusan dijadikan salah satu  topik obrolan^^ Entah apa penyebabnya, tetapi minimal saya mengerti bahwa kekudusan merupakan sesuatu yang menakutkan bagi banyak orang^^. Saya mulai berpikir, mengapa orang-orang begitu sensitif dengan topik ini?

Kini saya paham, bahwa kekudusan sudah disalahartikan selama bertahun-tahun. Pemberitaan tentang kekudusan berorientasi pada " kamu harus hidup kudus " atau "kejarlah kekudusan, karena tanpa kekudusan kamu tidak bisa menikmati Sorga!!! "
Pernahkah anda mendengar pesan-pesan seperti itu? 
Dulu, saat masa-masa pertumbuhan saya, pesan tentang kekudusan merupakan sesuatu yang sangat menghancurkan saya. Saya tahu anda juga mengalaminya. Bagaimana tidak, saya terus diperdengarkan tentang jahatnya Allah itu, jika mendapati saya tidak kudus. Dan hal terburuknya, saya sadar sekuat apapun saya berusaha, saya tidak bisa cukup kudus. Saya menahan keinginan tangan saya, tapi mata tidak bisa. Saya menahan keinginan mata saya, tapi saya melakukannya dalam otak saya. Begitulah kenyataannya. 

Kekudusan sering dijadikan target pencapaian orang kristen agar bisa masuk sorga. "Tanpa kekudusan, tidak seorangpun akan melihat Tuhan".  Dan anda pasti tahu, saya semakin takut, semakin tertuduh, semakin tertekan dan terpenjara. 

Kesempatan ini, saya ingin beri tahu anda kabar baik, yang mungkin tidak diajarkan oleh mentor rohani anda.

Dalam ilmu menafsir atau Hermeneutika, salah satu prinsip dalam  menafsirkan Alkitab adalah dengan mencari tahu kapan pertama kali suatu kata muncul di dalam Alkitab. Dalam hal ini, tentu saja kata kudus. Mari menyelam^^

Kej 2 :  3  "Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu."

Kata menguduskan menggunakan kata Qadash yang artinya khusus atau dikhususkan. Tahukah anda, kisah dalam Kej 2 di atas adalah kisah tentang Allah yang baru saja menyelesaikan misiNya dalam penciptaan. Dan pada hari ke tujuh, Ia menguduskanNya, artinya dikhususkan. 
Saat merenungkan ini, saya mendapat beberapa hal yang begitu mempesona saya. Yaitu :
  • Kekudusan didahului suatu karya yang telah selesai. 
Tahukah anda, Allah tidak akan menguduskan hari ke tujuh, jika tidak melewati enam hari sebelumnya. Hari ke-enam semua pekerjaan selesai, dan hari ketujuh Allah kuduskan.Kekudusan hadir saat Allah telah beristirahat.
Saya ingin anda menemukan esensi dari hal ini. Kekudusan terjadi saat Yesus berkata "Tetelestai " yang dalam bahasa inggris diterjemahkan "it is finished". Yesus menyelesaikan misi penebusanNya, dan kekudusan diberikan cuma-cuma oleh iman.
  • Kekudusan bukanlah pencapian melainkan pemberian. 
Kekudusan adalah pemberian cuma-cuma. Apapun yang anda usahakan demi kekudusan, ujungnya adalah kesadaran akan kegagalan anda. Saya dan anda tidak bisa mengusahakannya. Tapi entah mengapa, hari ini, orang percaya ditekan dengan suatu rumusan pencapaian. Jika ada pertanyaan yang perlu dijawab, apakah para pendeta atau guru agama atau mentor rohani anda atau di gereja anda sudah cukup kudus? (Saya kira, anda perlu menanyakan hal ini pada mereka.) Mungkin anda harus menyiapkan tissu anda, jika mereka memberi  jawaban dari pertanyaan itu. Karena jawabannya pasti tidak akan memuaskan anda, tetapi membuat anda semakin depresi. Mereka pasti menjawab "tidak ada orang yang sempurna, karena itu kita terus berusaha hidup  kudus". Anda tahu apa artinya? Secara implisit mereka sedang berkata "kami rasa kami belum cukup". Jika pendeta anda berkata demikian, bayangkanlah, bagaimana nasib anda, yang hanyalah seorang jemaat? 
Jika anda membaca surat-surat rasul Paulus, anda akan menemukan kata-kata seperti orang kudus, yang dikuduskan. Dan anda akan paham setelah membaca seutuhnya, bahwa dikuduskan bukanlah karena pencapaian mereka, bukan pula karena perbuatan mereka, bahkan bukan pula karena mereka sudah cukup bersih.
  • Kekudusan bukan tentang kebersihan.
Kekudusan adalah kekhususan. Israel adalah umat yang dikuduskan atau dikhususkan. Israel tidak seputih yang anda kira. Tapi mereka telah dikuduskan = dikhususkan bagi  Allah. Abraham dikhususkan, tentu anda tahu bahwa  Abraham adalah penyembah berhala sebelum Allah menyatakan diriNya bukan?  Musa dikhususkan, dia adalah seorang pembunuh. Daud dikhususkan, anda tentu tahu siapa dia^^.
Anda lihat, kekudusan bukan tentang bersih atau putih tanpa noda.

Sekarang mari melihat lebih dekat bagian Alkitab yang sering disalahartikan yang berkaitan dengan topik kekudusan ini. 

Ibrani 12 : 14 "Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan


Berdasarkan ayat ini, maka saya telah berhasil dibuat tertuduh, karena merangsang kesadaran saya akan kegagalan saya mencapai kekudusan yang Tuhan inginkan. Hah..betapa sulitnya masa-masa itu. Sudah cukupkah kekudusan saya? Seperti inikah kekudusan yang diinginkan Tuhan dari saya : tidak mencuri, tidak berdusta, rajin membaca Alkitab, rajin berdoa dan puasa, rajin beribadah? Tapi otak saya sering tidak sejalan dengan tangan saya. Mata saya tidak sejalan dengan otak saya, mulut saya tidak sejalan dengan hati saya,bagaimana saya bisa cukup kudus jika saya terus gagal? 

Pernahkah pertanyaan seperti itu hadir dari  dalam otak anda? Saya mengalaminya^^.

"kejarlah kekudusan"...bertahun-tahun lamanya, saya percaya bahwa saya adalah  orang kristen sejati, jika saya bisa  hidup tidak bernoda. Dan saya bangga jika saya berhasil dengan itu. Saya terus mengupayakan kekudusan, tidak ini dan tidak itu, jangan ini dan jangan itu. Lelah sih, tapi saya terus melakukan seperti itu. Saya tahu Tuhan akan senang dengan saya karena saya sudah melakukan yang sebaik-baiknya. Suatu saat, rasa takut muncul dalam hati saya, saat mata saya  menemukan suatu ayat dari Alkitab :

Yes 64 : 6 "Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor---" 

saya mencoba menggali lebih dalam tentang ayat tersebut. Dan kain kotor yang dimaksud adalah kain yang digunakan untuk membersihkan (maaf) darah yang keluar saat perempuan mengalami haid atau menstruasi. Dan anda tahu dalam kitab Imamat, jika perempuan mengalami menstruasi, perempuan  itu najis. (Baca di kitab Imamat yah)^^.
Wow,,,semua kebaikan yang saya lakukan, ternyata najis dimata Tuhan. Jika begitu, bagaimana bisa saya mencapai kekudusan? 
Saya bersyukur, hari  ini, saya paham, bahwa saya tidak bisa menyenangkan Allah..karena saya  selalu  gagal. Hanya Yesus yang bisa menyenangkanNya. Yesus tidak pernah gagal, Ia tidak bercacat. Ia sempurna. Saya kini mengerti apa sebenarnya iman pada Yesus itu. DalamNya saya dikuduskan. Bukan karena saya cukup baik, tetapi karena pencapaian Yesus atas nama saya di kayu  salib. Bukan karena saya baik, tetapi karena Dia baik. Halleluyah^^

Dalam terjemahan bahasa aslinya, kata "kejarlah" hanya ada satu kali, dan dalam Alkitab TB, kata itu diterjemahkan "berusahalah". Tahukah anda, pada bagian "kejarlah kekudusan" kata kejarlah sebenarnya tidak ada. Kata itu hanya ada dalam bagian "berusahalah hidup damai dengan semua orang". Saya rindu anda menangkap maksud dari semua ini. 
Konteks dari Ibrani 12 adalah tentang keadaan orang percaya yang  terus mengalami tekanan, bantahan akan iman mereka dan untuk itu  penulis  surat ibrani menguatkan mereka dengan pesan untuk bertekun dalam iman mereka, dengan memandang kepada Yesus dan karyaNya (Ibrani 12 : 2). Ditengah keadaan yang berat itu, penulis surat ibrani berpesan agar orang percaya hidup berdamai dengan siapapun bahkan dengan mereka yang menganiaya mereka, menekan mereka. dan terus hidup dalam kekudusan. Saya sudah jelaskan sebelumnya, bahwa kekudusan bukan capaian. Saya kira anda  sangat paham untuk membedakan ini : hidup dalam kekudusan dan hidup untuk kekudusan.^^

"sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan".
Dalam teks aslinya, kata kekudusan  menggunakan kata hagiasmos dan tahukah anda, tidak ada pengulangan kata ini dalam teks aslinya. Artinya kata kekudusan hanya muncul sekali, tidak seperti pada terjemahan bahasa Indonesia. Kemunculan kata kekudusan yang lebih dari sekali dalam bahasa indonesia, menimbulkan tafsiran yang keliru, yaitu menghasilkan pemahaman bahwa kekudusan perlu ditekankan dengan seirus, sehingga harus dicapai  oleh semua orang kristen. dan dengan itu, orang percaya mulai sadar diri (kemampuan diri untuk kudus) dari pada sadar Kristus.

Sekarang mari lihat apa maksud dari tidak seorangpun akan melihat Tuhan .
"tanpa kekudusan, kita tidak bisa ke sorga, melihatnya saja  tidak bisa apalagi masuk didalamnya" pernah dengar yang seperti itu? 
Sadar atau tidak, ada kekeliruan exegetis yang telah terjadi. Orang kristen selama bertahun-tahun percaya bahwa yang dimaksud dengan kata Tuhan itu adalah berbicara tentang sorga. Sehingga jika tidak hidup kudus maka tidak akan bisa menikmati sorga. Benarkah seperti itu?

Ibrani 12 ; 14 Terjemahan saya "Berusahalah berdamai dengan semua orang  dalam kekudusan, sebab tanpa itu Tuhan kita tidak nampak." 

Anda menemukan sesuatu? 
Kata Tuhan dalam ayat ini bukanlah Theos melainkan Kurios yang artinya adalah tuan, pemilik. 

Jadi, maksud ayat diatas dalam, tanpa perdamaian dengan semua orang, maka Sang pemilik kita tidak bisa terlihat oleh mereka yang tidak seiman dengan kita. Bagaimana Allah yang pengasih bisa terlihat dari orang percaya yang membenci sesamanya? Bagaimana orang bisa percaya bahwa Allah adalah kasih, jika orang yang percaya kepada Allah tidka mau berdamai? Dengan berdamai, dengan mengasihi, Sang pemilik menjadi nampak bagi mereka yang tidak percaya. Saat saya tinggal di Papua, gembala di suatu gereja dimana saya melayani, bersaksi pada saya tentang kehidupan lamanya. Dia adalah seorang pemabuk, preman, yang kerjanya memalak orang sebanyak mungkin. Suatu saat, dalam keadaan mabuk, ia memalak seorang kakek tua, memukulinya, merampas semua uang si kakek. Dengan kepala yang berdarah, si kakek bangun dan berkata kepadanya : "Terima kasih anak (dialek papua), itu ko punya sudah, Tuhan sayang ko sekali". Sang kakek pulang dengan tubuhnya yang kesakitan setelah mengucapkan kalimat itu pada preman yang sekarang adalah seorang gembala. Tahukah anda, saat ucapak itu keluar dari si kakek, preman ini menangis sejadi-jadinya, dan terus merenungkan betapa baiknya Tuhan dari si kakek itu. 
Dengan tindakan kecil si kakek, akhirnya si preman sekarang telah menjadi pendeta.

Jadi bagaimana? haruskah mengejar kekudusan? 
Tidak!!! Kekudusan adalah pemberian cuma-cuma yang anda terima melalui iman akan Yesus dan karya sempurnaNya. 
Saya ingin menekankan ini pada anda, dan teruslah memperkatakannya sampai menjadi suatu kesadaran yang terbangun dalam hati anda.
Anda kudus dalam Kristus.
Anda benar dalam Kristus.
Anda sangat dicintai, Anda sangat diberkati
Anda sangat disukai, dan  dirindukan.
Anda adalah kebenaran Allah dalam Kristus.
Jangan percaya diri anda. Percayalah Yesus dan karyaNya.

Yesus For Ngana^^

 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar